Duniaindustri.com (Oktober 2017) – Holding BUMN Perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), mampu mengubah rugi sebesar Rp1,57 triliun selama periode Januari-Agustus 2016 menjadi laba bersih sekitar Rp478 miliar pada kurun yang sama tahun ini. Laba bersih ditopang peningkatan penjualan, produktivitas komoditas tanaman, serta keberhasilan program efisiensi.
“Penjualan holding selama Januari-Agustus 2017 meningkat sebesar 9% atau menjadi Rp 21,16 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 19,5 triliun. Selain itu, produktivitas komoditas kelapa sawit juga tumbuh sebesar 18% dibandingkan periode yang sama pada 2016,” kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III Dasuki Amsir melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, sepanjang 2016 program transformasi yang dieksekusi Holding Perkebunan Nusantara sudah berjalan sesuai jalur. “Kami yakin peningkatan kinerja akan berlanjut hingga akhir 2017, karena tren perbaikan laba dari awal tahun meneruskan tren laba yang diperoleh setiap bulannya,” ujarnya.
Dia menambahkan, peningkatan kinerja di anak usaha Holding Perkebunan Nusantara juga membaik dari bulan ke bulan. Hal ini membuktikan program transformasi membawa pengaruh positif dan sudah berjalan merata di seluruh PTPN.
“Dengan melihat pencapaian kinerja yang positif selama periode Januari-Agustus 2017, kami optimistis manajemen Holding Perkebunan Nusantara mampu memenuhi target yang telah dituangkan dalam RKAP 2017. Dengan tetap menerapkan strategi corporate turnaround, dan menjaga kinerja di sisa tahun 2017 ini maka target RKAP 2017 tersebut dapat direalisasikan,” urainya.
Holding ini memiliki cakupan usaha berupa budidaya tanaman, produksi, perdagangan, pengembangan usaha bidang perkebunan, Agro Wisata, Agro Bisnis, Agro Industri, Agro Forestry, dan usaha lainnya dengan total aset hingga April 2017 sekitar Rp113 triliun.
Komoditas yang dikelola di atas lahan 1,18 juta hektar adalah kelapa sawit, karet, gula, teh, kopi, kakao, tembakau, aneka kayuan, buah-buahan, dan aneka tanaman lainnya.
Tahun ini, ekspor minyak sawit nasional diprediksi bisa menembus US$ 21,50 miliar, atau naik 27,82% dari realisasi tahun lalu yang sebesar US$ 16,82 miliar. Peningkatan harga pada semester II-2017 menjadi pendorong membaiknya kinerja ekspor minyak sawit tahun ini.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) Tungkot Sipayung menjelaskan pada semester I-2017, rata-rata harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) hanya US$ 667 per ton. Namun, pada semester II-2017, harga berpotensi menguat di atas US$ 700 per ton.
“Ekspor minyak sawit pada semester II-2017 akan bertambah menjadi 15 juta ton, sehingga total ekspor sepanjang tahun ini menjadi 31,50 juta ton. Nilai ekspor sepanjang tahun 2017 bisa US$ 21,50 miliar,” kata dia.
Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor minyak sawit nasional pada semester I-2017 mencapai volume 16,15 juta ton dan nilainya US$ 10,63 miliar. Angka tersebut masing-masing naik 23,34% dan 47,31% dibandingkan periode sama 2016 yang sebesar 13,09 juta ton dan US$ 7,22 miliar. Sementara itu, total realisasi ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Desember 2016 mencapai 28,49 juta ton, senilai US$ 16,82 miliar.(*/berbagai sumber/tim redaksi 06)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: