Duniaindustri.com (Juni 2021) – Sejumlah ekonom menilai pemerintah harus bergerak cepat guna meredam penularan Covid-19 yang makin massif belakangan ini, sekaligus menjaga fleksibilitas anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN). Tujuannya agar ancaman resesi seperti yang pernah terjadi sebelumnya dapat dicegah.
Ekonom senior Fadhil Hasan meminta pemerintah untuk tidak ragu menerapkan PSBB menyeluruh dan mempercepat vaksinasi. “Demi pemulihan kesehatan publik, pemerintah sebaiknya menerapkan kembali PSBB dan sekaligus mempercepat vaksinasi,” ujar Fadhil Hasan yang juga Co-Founder Narasi Institute dalam salah satu seminar virtual, Jumat (18/6) sore.
Fadhil mengkhawatirkan bahwa lonjakan kasus Covid 19 ulah varian delta dan kematian akan mengancam pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Akibatnya, dikhawatirkan ekonomi akan kembali ke zona resesi.
“Varian Delta ini seperti kotak pandora, bila kita menyikapinya biasa-biasa saja dan akhirnya terbuka, ancaman resesi dapat terjadi di sepanjang 2021,” ujar Fadhil Hasan.
Fadhil menyarankan untuk mengatasi lonjakan kasus Covid 19, pemerintah perlu segera menerapkan kembali PSBB didaerah zona merah sebelum fasilitas kesehatan collaps dan keadaan semakin tidak terkontrol. “Selain menerapkan PSBB di zona merah, pemerintah perlu mempercepat vaksinasi di daerah zona merah untuk mencegah penyebaran lebih lanjut Covid 19,” kata Fadhil.
Fadhil meminta program 3 T juga perlu kembali dilaksanakan secara serius, dan protokol kesehatan yang ketat perlu diberlakukan dengan sanksi yang lebih tegas. “Pemberlakuan PSBB di daerah zona merah perlu dilaksanakan dengan menutup untuk sementara berbagai kegiatan masyarakat yang mengundang kerumunan masa (pernikahan), kegiatan ibadah, tempat hiburan dan pariwisata, mall, dan lainnya. PSBB juga harus dilaksanakan dengan lebih efektif dan tegas lagi,” paparnya.
Menurut Fadhil Hasan, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa PSBB selama dua minggu telah menimbulkan dampak negatif cukup signifikan bagi perkenomian nasional. Oleh karena itu pemerintah perlu memitigasi kemungkinan ekonomi kembali tumbuh negatif pada triwulan berikutnya dengan asumsi pertumbuhan pada triwulan II akan berkisar 6%-7%. Krisis terutama terkait dengan ketenagakerjaan, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.
“Program bantuan sosial perlu dipercepat dan diperluas disertai efektifitas yang lebih baik. Besar kemungkinan besarnya aggaran bantuan sosial dan kesehatan perlu direvisi lagi dengan mempertimbangkan perkembangan kasus lonjakan baru Covid 19,” katanya.
Berbagai ekonom dan pakar kebijakan publik memberikan atensi besar terhadap lonjakan kasus Covid-19 ulah varian delta. Aviliani, ekonom senior, mengatakan untuk antisipasi pelemahan ekonomi akibat meluasnya varian delta maka pemerintah perlu melakukan fleksibilitas anggaran PEN.
“Perlu bantuan sosial yang diperluas kembali, alokasi belanja kesehatan yang lebih besar, intinya perlu fleksibilitas anggaran PEN. Dengan begitu pelemahan ekonomi dapat kita kurangi,” ujar Aviliani.
Aviliani mengusulkan sebaiknya pemerintah memprioritaskan vaksinasi untuk kota/wilayah yang memiliki kontribusi terbesar terhadap ekonomi dan memiliki pasar besar. “Vaksinasi massal terhadap 100 persen masyarakat yang tinggal di kota dengan pasar yang terbesar harus dituntaskan segera daripada vaksinasi seperti sekarang ini yang memulai dari lansia dan akhirnya baru mulai untuk usia di atas 18 tahun,” papar Aviliani. Dia juga ingatkan bahwa vaksinasi gotong royong tidak perlu menunggu pemerintah, biarkan bekerja secara mekanisme market.
Pakar Kebijakan Publik Narasi Insitute Achmad Nur Hidayat mengingatkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 memberi peringatan bahwa pemerintah harus kembali fokus pada penanganan kesehatan publik termasuk 3 T dan vaksinasi, dan masyarakat untuk menerapkan 5 M, serta para politisi untuk berhenti bermanuver dan membicarakan agenda politik 2024 dan berhenti melakukan berbagai pencitraan dan silaturahmi politik yang menganggu penanganan kasus Covid 19.
Guru Besar Ekonomi Universitas Brawijaya, Prof Mohammad Khusaini, menyatakan lonjakan kasus COVID-19 harus dievaluasi melalui pemerintah duduk bersama para pakar kesehatan dan ekonomi untuk menyeleraskan pemulihan kesehatan dan ekonomi. “Pemerintah perlu evaluasi efektivitas kebijakan saat ini terutama ancaman lonjakan kasus yang dapat membuat ekonomi dapat kembali mengalami resesi,” jelas Khusaini.
Pengkaji Kebijakan & Inovasi, IPMI Business School, Research Affiliate Harvard Kennedy School, Sidrotun Naim, PhD menyatakan bahwa Indonesia gagal memanfaatkan waktu untuk antisipasi masuknya varian delta sehingga perlu test dan treacing yang lebih masif untuk kota-kota zona merah COVID 19.
“Test massal untuk kota seperti Jakarta harus segera dilakukan agar kita mengetahui sebagaimana varian delta sudah menginfeksi. Bila kita mengetahui kita bisa melakukan langkah antisipasi selanjutanya termasuk kebutuhan isolasi dan ketersedian tempat tidur di RS,” ujar Naim.
Sidratun Naim menduga bahwa varian alfa, beta dan lainnya dari COVID-19 mengalami perlambatan sebaran di negara katulistiwa, namun belum ada bukti bahwa varian delta akan tidak berkembang luas. Hal yang menghambat varian tersebut diduga karena adanya varian lokal dan ada faktor lainnya.
“Bersama faktor-faktor lain, varian lokal menahan laju macam-macam varian termasuk alfa, beta, tetapi kita tidak tahu terhadap Delta akan bagaimana. Penyebaran luas di Kudus, Brebes, Cilacap, Bangkalan, Jakarta menunjukan bahwa varian Delta lawan tangguh varian lokal bahkan lebih tangguh,” ujar Naim
Naim mengakui bahwa alasan varian delta COVID-19 masuk tak terdeteksi di Indonesia karena kelengahan kita di pintu pelabuhan. “Selain euforia vaksinasi, kelengahan di beberapa pintu pelabuhan, itu juga harus kita akui alasan masuknya varian delta di Indonesia,” ujar Naim.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 226 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 226 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: