Duniaindustri (April 2011) – Cadangan bijih besi Indonesia mulai dikaveling (dipetakan untuk dikuasai) asing. Dari namanya, bijih besi memang tidak terkenal seperti batubara, timah, nikel, dan emas. Namun, cadangan bijih besi sangat diperhitungkan untuk basis industri baja.
Tak mengherankan jika sejumlah perusahaan asing mengincar sumber daya alam bijih besi di Indonesia. Apalagi diketahui Republik Rakyat China (RRC) kekurangan bijih besi untuk kebutuhan industri baja di Negeri Tirai Bambu itu.
Meski cadangan bijih besi di Indonesia tersebar dan memiliki kadar FE rendah, dengan teknologi dan proses lanjutan yang tepat bijih besi dari Indonesia dapat dimanfaatkan optimal untuk produksi baja.
Tercatat rata-rata bijih besi di Indonesia memiliki kadar FE 40-50%, padahal yang dapat diolah menjadi baja kasar harus memiliki kadar FE di atas 60%. Meski demikian, dengan teknologi yang terus berkembang, kadar FE dapat ditingkat menjadi di atas 60%.
Dari penelusuran tim redaksi duniaindustri diketahui, enam perusahaan asing itu adalah Salgaocar Mining Industries Pvt Ltd (India) yang membentuk perusahaan patungan dengan PT Sumba Prima Iron (SPI), anak usaha Merukh Enterprises, mengembangkan tambang bijih besi di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Timur, di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
PT Jogja Magasa Iron, anak usaha Indo Mines Ltd (perusahaan tambang asal Australia), berencana membangun pabrik pengolahan bijih besi menjadi besi mentah (pig iron) senilai US$ 600 juta di Kulon Progo yang ditargetkan beroperasi mulai 2013.
Perusahaan asal Korea Selatan (Korsel), JSK International Resources Co Ltd, akan membangun pabrik pengolahan bijih besi di Provinsi Aceh dengan menginvestasikan dana sebesar US$ 1 juta. Tak ketinggalan, perusahaan tambang bijih besi PT Lhoong Setia Mining (LSM) mulai melakukan eksploitasi di kawasan Lhoong, Aceh Besar, dan telah melakukan ekspor sebanyak 18.000 ton bijih besi ke China sejak Desember 2008 hingga saat ini.
PT Meratus Jaya Iron and Steel, perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk, juga menggarap pengolahan bijih besi di Kalimantan Selatan senilai Rp 1,1 triliun. PT Gainet International Indonesia (GII), perusahaan patungan China dan Indonesia, juga menggarap pengolahan bijih besi di Sumatera Barat.
Perusahaan asing asal India, China, dan Korea Selatan itu mengincar cadangan bijih besi di Indonesia sebagai sumber bahan baku utama produksi baja. Apalagi, produksi baja dunia pada tahun ini diperkirakan meningkat 8-10% seiring pemulihan ekonomi global pasca krisis 2008.(Tim Redaksi/02)