Duniaindustri (September 2012) — Indonesia bisa menjadi leader penjualan karet mentah di dunia dalam enam bulan ke depan. Pasalnya, kualitas karet alam Indonesia terbaik di dunia.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menyatakan dari tiga negara produksi karet mentah di dunia, Thailand, Malaysia dan Indonesia, kualitas terbaik produksi karet mentah berasal dari Indonesia. “Dengan demikian, mestinya negara kita bisa memimpin dalam penjualan karet mentah di dunia,” kata Bayu.
Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja utama di daerah, komoditi ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai sumber devisa negara.
Karet juga sebagai pemasok bahan baku industri ban berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru. Apalagi pada tahun 2011 lalu, dengan luas areal sebesar 3,4 juta hektar dan produksi 2,8 juta ton, Indonesia menempati posisi kedua setelah Thailand sebagai produsen karet alam.
“Berdasarkan riset, kandungan karet alam di dalam ban tidak bisa kurang dari 35%, ini artinya tidak mungkin memprosuksi ban tanpa karet alam. Ini artinya produser ban di dunia pasti membutuhkan karet alam dan karet asal Indonesia memiliki kualitas yang terbaik,” tutur Wamendag.
Pasar karet akan semakin terbuka dan pemintaannya akan terus bertambah. Namun kuncinya, bagaimana menjual karet yang sudah diolah tidak hanya mengandalkan karet mentah. Selama ini, produksi karet alam Indonesia diekspor dalam bentuk karet mentah sekitar 84%, sementara konsumsi karet domestik baru mencapai 16%.
Meski Indonesia memiliki lahan paling luas, produktivitas karet Indonesia dipandang paling rendah dibandingkan dengan negara produsen lain. Pengusaha perkaretan nasional, Arifin Panigoro mengatakan, peningkatan produktivitas menjadi ruang bagi Indonesia untuk mendongkrak produksi.
“Produktivitas karet Indonesia hanya 934 kilogram (kg) per hektar. Sementara Malaysia 1.450 kg per hektar dan Thailand 1.705 kg per hektar,” kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Kordinasi Pertanian dan Kelautan, Diah Maulida.
Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Pada 2011, Indonesia menguasi 25%-27% kebutuhan karet alam dunia.
Padahal luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia, sekitar 3,4 juta hektare.
Hal ini disebabkan oleh pencapaian produktivitas kebun karet Indonesia hanya berkisar 1,5-2,0 ton per hektare per tahun, lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas kebun karet Thailand yang mencapai di atas 3 ton per hektar per tahun.
Indonesia masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk menjadi produsen karet alam terbesar di dunia. Menurut prediksi sejumlah pengamat, pada 2015 produksi karet alam Indonesia akan melampaui Thailand. Saat ini luas areal karet Indonesia 85% didominasi oleh perkebunan rakyat yang sebagian besar areal perkebunan rakyat tersebut masih dikelola secara tradisional, sisanya sebesar 7% dikelola oleh perkebunan besar negara (PT Perkebunan Nusantara), dan 8% dikelola oleh perkebunan besar swasta (PBS).
Saat ini produk karet Indonesia hampir 100% berupa produk industri hulu (setengah jadi) seperti karet sit (Ribbed Smoked Sheet, RSS), karet remah (Standard Indonesian Rubber, SIR), sit angin, latex pekat. Sedangkan produk industri hilirnya masih sangat terbatas jumlah produsennya, antara lain PT Industri Karet Nusantara (PT IKN), anak usaha PT Perkebunan Nusantara III Medan.
Bahan baku karet alam sangat diperlukan untuk proses pembuatan produk-produk industri hilir karena tidak dapat tergantikan 100% oleh karet sintetis yang karakteristiknya banyak kelemahannya dibandingkan dengan karakteristik karet alam. Begitu juga dalam pembuatan ban kendaraan tetap memerlukan bahan baku karet alam dengan perbandingan bahan campuran karet sintetis dan karet alam menurut jenis ban sebagai berikut; untuk ban mobil penumpang 55% karet sintetis dan 45% karet alam; ban truk kecil membutuhkan 50% karet sintetis dan 50% karet alam; ban mobil balap membutuhkan 65% karet sintetis dan 35% karet alam, sedangkan ban kendaraan off-the-road (giant/earthmover) membutuhkan 20% karet sintetis dan 80% karet alam.
Produksi karet alam Indonesia pada 2012 diperkirakan berkurang sekitar 3,2% akibat hujan deras yang terus mengguyur sebagian besar wilayah produksi karet utama di Indonesia yaitu Sumatera dan Kalimantan. Menurut Ketua Asosiasi Karet Indonesia, Asril Sutan Amir, jumlah produksi tahun ini bisa menurun dari 3,1 juta ton di tahun 2011 menjadi hanya 3 juta ton. Padahal asosiasi tersebut sebelumnya memperkirakan angka produksi karet sebesar 3,3 juta ton tahun ini. Asril juga menyatakan jumlah ekspor karet alam Indonesia kemungkinan berkurang dari 2,6 juta ton menjadi 2,45 juta ton.
Berkurangnya pasokan karet dari Indonesia berpotensi memicu kenaikan harga karet dunia sebab Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar kedua dunia setelah Thailand. Terlebih, permintaan karet dari industri otomotif tahun ini kemungkinan akan meningkat. Meski demikian, Asril berpendapat harga karet akan tetap stabil di kisaran US$ 3,7 per kilogram hingga US$ 4 per kilogram hingga akhir kuartal kedua 2012.(Tim redaksi 03)
Rekomendasi