Duniaindustri.com (Februari 2014) — PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menggelontorkan Rp 64,6 triliun untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) pada 2013, naik 23% dibanding 2012 sebesar Rp 52,4 triliun. Kisaran suku bunga rata-rata per tahun untuk KPR BTN sebesar 5%-25,2% pada 2013, sementara tahun 2012 di kisaran 5,7%-25,5%.
Mengutip laporan keuangan BTN 2013, bank pelat merah itu juga memberikan KPR syariah sebesar Rp 3,8 triliun di 2013, naik dibanding Rp 2,7 triliun di 2012.
BTN mampu meningkatkan laba bersih perseroan tahun 2013 sebesar Rp1,56 triliun. Perolehan laba bersih ini tumbuh 14,53 persen jika dibandingkan perolehan laba tahun 2012 yang sebesar Rp1,36 triliun.
Pertumbuhan laba ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp.5,63 Triliun.
“Selain itu BTN berhasil meraup keuntungan dari pendapatan operasional sebesar Rp.2,13 Triliun,” ujar Direktur Utama BTN, Maryono pada paparan kinerja triwulan IV tahun 2013 Bank BTN.
Per 31 Desember 2013 BTN mencatatkan kenaikan aset 17,38 persen dari posisi 2012 yang sebesar Rp.111,7 Triliun menjadi Rp.131,17 Triliun pada tahun 2013. Sementara Dana Pihak Ketiga perseroan tumbuh dari Rp.80,68 Triliun pada tahun 2012 menjadi Rp.96,21 Triliun pada tahun 2013. Dana Pihak Ketiga Bank BTN pada tahun 2013 tersebut pertumbuhannya mencapai 19,24 persen.
Sedangkan kredit dan pembiayaan yang disalurkan BTN tahun 2013 sebesar Rp.100,46 Triliun. Sementara tahun 2012 posisinya masih sebesar Rp.81,41 Triliun.
Kredit dan Pembiayaan tersebut tumbuh sebesar 23,41 persen atau di atas pertumbuhan rata-rata industri. Portfolio kredit Bank BTN mayoritas berada pada segmen perumahan. Lebih dari 86 persen komposisi kredit Bank BTN disalurkan pada segmen perumahan. Sementara sisanya sekitar 13 persen disalurkan pada segmen diluar perumahan.
Sementara Non Performing Loan (NPL) Net dapat ditekan turun pada angka 3,04 persen dari posisi 2012 yang berada pada angka 3,12 persen. Dia menyampaikan, saat ini BTN serius untuk memperbaiki kualitas kredit. “Kami ingin agar kualitas kredit yang disalurkan Bank BTN berada pada posisi yang aman sesuai dengan koridor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,” katanya. BTN, lanjut Maryono, tidak saja ingin mengejar pertumbuhan bisnis yang tinggi, namun harus diikuti oleh perbaikan kualitas kredit.
Disampaikannya, tahun 2013 BTN telah menempatkan perbaikan kinerja kualitas kredit pada skala prioritas yang cukup penting. Disamping itu penerapan Tata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) akan menjadi suatu keharusan bagi setiap pegawai Bank BTN.
Sementara untuk percepatan bisnis dengan peningkatan pelayanan menjadi satu mata rantai dari prioritas utama tersebut. “Ujungnya adalah pertumbuhan bisnis yang tinggi dengan hasil usaha maksimal namun tetap seluruh bisnis berada pada koridor aman karena GCG,” tegasnya.
Rasio-rasio keuangan Bank BTN per 31 Desember 2013 masing-masing tercatat untuk CAR 15,62 persen dan NIM sebesar 5,44 persen. Sedangkan NPL Gross 4,05 persen dan ROE 16,02 persen. Secara umum rasio keuangan Bank BTN tumbuh lebih baik pada tahun 2013. Perseroan optimis rasio keuangan ini akan dapat ditingkatkan pada tahun 2014.(*/berbagai sumber)