Duniaindustri.com (Juni 2016) – Hasil referendum masyarakat Inggris yang memutuskan untuk hengkang dari Uni Eropa atau dikenal dengan istilah “Brexit” mengguncang pasar keuangan global. Sejumlah mata uang dunia tumbang dipimpin poundsterling yang ambruk ke level terendah dalam 31 tahun terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada pembukaan perdagangan Senin (27/6) terpuruk ke kisaran level Rp13.400/USD, terpengaruh keputusan Inggris meninggalkan Uni Eropa (UE). Posisi rupiah terhadap USD berdasarkan data Yahoo Finance dibuka di level Rp13.410/USD dengan kisaran Rp13.410 – Rp13.515/USD atau menguat tipis dibanding penutupan akhir pekan kemarin di level Rp13.415/USD. Pergerakan rupiah makin melemah setelah pada pukul 10.10 WIB ke posisi Rp13.475/USD.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah mengawali pekan ini dibuka pada level Rp13.495/USD. Rupiah terlihat semakin memburuk dari posisi sebelumnya di level Rp13.296/USD atau anjlok sebesar 199 poin.
Menurut data Bloomberg, rupiah pada sesi pagi juga terperosok di posisi Rp13.468/USD dengan kisaran harian Rp13.425 – Rp13.535/USD. Posisi ini melemah dibanding penutupan sebelumnya pada level Rp13.391/USD. Dan semakin parah pada pukul 10.12 WIB bergerak menjadi Rp13.469/USD.
Seperti dilansir BBCnews, Senin (27/6/2016) Nilai mata uang Inggris, poundsterling jatuh pada sesi awal perdagangan di pasar keuangan Jepang. Pada pukul 08.57 waktu Tokyo, nilai tukar pound terhadap yen mencapai 137,16 yen atau turun dari 139,64 yen.
Penurunan ini cukup signifikan mengingat yen dianggap sebagai salah satu mata uang safe haven alias mata uang yang nilainya cenderung stabil walau terjadi gejolak pasar. Adapun nilai tukar pound terhadap USD mencapai 1,3440 atau turun 2% dari penutupan perdagangan Jumat (24/06). Sementara nilai tukar pound terhadap euro berada pada 1,2165 atau turun 1,3%.
“Selama beberapa bulan mendatang saat data mengonfirmasikan perlambatan ekonomi dan ekspektasi kebijakan moneter meningkat, kami memprediksi nilai tukar pound terhadap dollar masih akan turun 10% lagi,” Kepala Ekonom di lembaga World First Jeremy Cook.
Sementara menurut Reuters, pounds siang ini makin menyusut atau turun 2,3% terhadap USD ke level 1.3381 melebihi penutupan akhir pekan kemarin pada posisi 1.3228 untuk jadi yang terendah sejak 1985. Pounds juga tidak berdaya melawan yen hingga siang ini dengan penurunan 2,9% menjadi 136.05. Yen sendiri mengalami kenaikan terhadap USD saat Greenback jatuh 0,5% menjadi 101.680.
Ketahanan Indonesia
Bank Indonesia (BI) menyatakan Indonesia memiliki ketahanan ekonomi yang baik dalam menghadapi dampak Brexit. Menurut BI, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) berdampak relatif terbatas pada perekonomian domestik, baik di pasar keuangan maupun kegiatan perdagangan dan investasi.
“Perekonomian Indonesia saat ini memiliki ketahanan ekonomi yang baik. Stabilitas makroekonomi tetap terjaga yang tercermin dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan nilai tukar yang relatif stabil,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam pernyataan tertulis.
Dampak Brexit melalui jalur perdagangan juga diyakini relatif terbatas. Pangsa ekspor Indonesia ke Inggris hanya sekitar 1 persen dari total ekspor Indonesia. Meskipun demikian, dampak lanjutan dari terganggunya hubungan perdagangan UK-Eropa perlu dicermati mengingat pangsa ekspor Indonesia ke Eropa (di luar Inggris) mencapai 11,4 persen di 2015.
Sebagian besar ekspor Indonesia ke Eropa adalah bahan baku dan mentah. Sementara itu, dampak pada kinerja investasi di Indonesia juga diprediksi terbatas.
Dalam lima tahun terakhir, pangsa penanaman modal asing langsung dari Inggris terhadap total penanaman modal asing di Indonesia tercatat di bawah 10 persen.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: