Latest News
You are here: Home | World | BI Sebut Dampak Virus Corona Pangkas Sirkulasi Dana Rp 37,5 Triliun
BI Sebut Dampak Virus Corona Pangkas Sirkulasi Dana Rp 37,5 Triliun

BI Sebut Dampak Virus Corona Pangkas Sirkulasi Dana Rp 37,5 Triliun

Duniaindustri.com (Februari 2020) – Bank Indonesia (BI) diketahui telah melakukan penilaian dan kajian terhadap dampak virus corona bagi perekonomian Indonesia. Di sisi lain, Kementerian Perekonomian memprediksi virus corona akan menggerus perekonomian Indonesia hingga turun 0,1%-0,29% akibat efek pelemahan ekonomi China.

Dalam hasil penilaian dan perhitungan BI disebutkan, dampak virus corona akan mengurangi perputaran (sirkulasi) dana sebesar USD2,7 miliar atau Rp37,5 triliun (kurs Rp 13.900/US$). Penilaian dan perhitungan itu berdasarkan dari sejumlah sektor yang mengalami gangguan akibat wabah virus corona sehingga melumpuhkan sebagian daerah di China. Sektor yang terdampak di Indonesia antara lain pariwisata, ekspor, impor, dan investasi.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan dampak paling jelas terjadi di sektor pariwisata yang telah terganggu dengan penutupan penerbangan dari dan menuju China selama dua bulan. Akibatnya, diproyeksikan terjadi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) selama enam bulan. “Penurunan wisman terutama dari China akan berpengaruh pada penurunan penerimaan devisa dari pariwisata kurang lebih US$ 1,3 miliar,” kata Perry di Jakarta, akhir pekan lalu.

Selain itu, Perry mengatakan penyebaran virus korona ini juga berpengaruh pada gangguan logistik untuk ekspor dengan dampak penurunan sebesar US$ 0,3 miliar. Sementara gangguan terhadap distribusi impor sebesar US$ 0,7 miliar.

Perry juga mengatakan kondisi ini berpengaruh pula terhadap investasi asal China karena ada penundaan realisasi investasi sehingga berdampak pada perekonomian sebesar US$ 0,4 miliar. “Ini faktor-faktor yang menyebabkan kami merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari semula 5,1-5,5 persen, menjadi 5-5,4 persen,” kata Perry.

Sementara itu, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan di kisaran 0,1% – 0,29% akibat wabah Virus Corona. Pasalnya, China dan Indonesia masih memiliki kaitan dari sektor ekonomi. “Untuk China diprediksi secara konsensus ekonomi akan turun satu sampai 2 persen, kalau ke Indonesia pengaruhnya 0,1 persen-0,29 persen,” katanya.

Sektor pariwisata, lanjutnya, diprediksi menjadi sektor yang paling tertekan akibat virus mematikan tersebut. Sebab, pemerintah telah melarang pemegang paspor China masuk dan transit ke kawasan Indonesia di tengah merebaknya Virus Corona. Sebaliknya, warga negara Indonesia juga diminta menunda kunjungan ke China.

Pelaku Industri Waswas

Dampak virus corona mulai menyebar ke sisi ekonomi baik di negeri China maupun luar terutama mitra perdagangan negara tersebut. Sebut saja, Indonesia yang menjadi negara mitra dagang utama bagi China ikut terimbas lumpuhnya logistik di China.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita menjelaskan sekitar 90% arus logistik dari dan ke China masih lumpuh terpapar dampak pencegahan mewabahnya virus corona di negeri ini. “Kondisi itu terutama akibat penghentian penerbangan langsung dari dan ke China,” katanya saat dihubungi tim Duniaindustri.com di Jakarta, Rabu (19/2).

Menurut dia, hal itu disebabkan kebijakan dari pemerintah yang menghentikan penerbangan langsung dari China. “Alasannya untuk menurunkan mobilitas penumpang antar Negara, tapi dampaknya kena juga ke logistik karena pengiriman barang ikut dengan penerbangan komersial,” paparnya.

Zaldy belum bisa memperkirakan sampai kapan kondisi ini akan terjadi. “Sampai penerbangan dari China dibuka kembali untuk cargo udara,” jelasnya.

Sedangkan untuk bahan baku industri, lanjut dia, biasanya dikirim via laut. “Selama ini cargo laut masih berjalan dengan normal, tapi memang di Cina, ekonominya belum mulai bergerak karena perpanjangan libur Tahun Baru Cina dan masih banyak industri yang belum aktif di sana,” ucapnya.

Di sisi lain, pelaku industri di kawasan industri juga mulai waswas dengan kondisi di China. Sekitar 50% bahan baku yang digunakan pelaku industri untuk beroperasi di Batam didatangkan dari China. Sementara, saat ini negara tersebut tengah menjadi sorotan oleh adanya Virus Corona, yang berimbas tutup dan tidak beroperasinya beberapa perusahan yang menyuplai bahan baku.

Kalangan pengusaha di kawasan industri khawatir bahan baku tak bisa diimpor dari China. Shutdown operasional pabrik dan industri di China akan berpotensi menimbulkan permasalahan bahan baku di Indonesia.

WHO telah mengumumkan wabah itu sebagai keadaan darurat global pada 30 Januari 2020. Wabah virus corona kini telah membunuh lebih banyak orang dibandingkan wabah SARS pada 2002/2003. Virus ini juga telah menyebar ke 27 negara dan wilayah. Terdapat 330 orang yang terinfeksi di luar daratan Tiongkok.

Salah satu akibat utama wabah virus itu terhadap ekonomi China adalah peningkatan biaya lebih tinggi (high cost economy) seiring isolasi kawasan Wuhai serta penurunan aktivitas perjalanan dan transportasi. Berdasarkan data pemerintah China, virus corona telah melemahkan sekitar 41,6% dalam perjalanan udara sipil, 41,5% dalam perjalanan kereta api, 25% untuk transportasi jalan. Apakah peningkatan biaya ini menandakan akhir dari ‘barang murah’ China?(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
  • Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top