SENTIMEN PELAKU PASAR TERANGKAT KE LEVEL POSITIF
Duniaindustri.com (Desember 2015) – Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, mengumumkan kenaikan suku bunga untuk kali pertama dalam lebih dari sembilan tahun (sejak 2006). Kenaikan itu merupakan sebuah langkah penting yang menandakan Amerika Serikat akhirnya bergerak keluar dari krisis 2008.
Bank sentral AS The Federal Reserve atau yang lebih dikenal The Fed, seperti dikutip AFP, menyatakan kenaikan suku bunga acuan, yang sempat mendekati nol sejak Resesi Besar, akan mendorong ekonomi negeri itu tumbuh pada kecepatan yang moderat dan seharusnya mengalami akselerasi pada 2016.
Kebijakan itu menandai berakhirnya sebuah era di mana bank sentral AS The Fed memompa triliunan dolar AS murah ke perekonomian Amerika Serikat untuk mendorong pemulihan yang terjadi menjadi sangat panjang.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), dewan kebijakan The Fed, berjanji akan menaikkan suku bunga secara bertahap dan secara lambat untuk mengikuti laju perekonomian. FOMC memperkirakan bahwa tingkat suku bunga acuan di kisaran 1,4% pada akhir 2016, menunjukkan tiga atau empat lebih kenaikan hingga akhir tahun depan.
Kebijakan untuk menaikkan suku bunga juga menjadi titik penting dalam masa jabatan dua tahun Gubernur The Fed, Janet Yellen, yang mewarisi kebijakan pelonggaran moneter pendahulunya, Ben Bernanke, dengan mandat untuk kembali ke pijakan kebijakan moneter yang normal segera setelah perekonomian cukup kuat untuk melakukannya.
Menurut sebuah laporan proyeksi yang dirilis pada Rabu, para pejabat The Fed memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 2,4% pada 2016, sedikit lebih tinggi dari perkiraan yang dirilis September lalu, yakni 2,3%. Tingkat pengangguran akan turun lebih jauh menjadi 4,7% pada 2016, lebih rendah dari perkiraan September sebesar 4,8%.
Ekonom Purbaya Yudhi Sadewa, menilai reaksi pasar atas kenaikan suku bunga AS tidak terlalu besar karena kenaikannya cenderung bertahap dan pelan-pelan. Dengan demikian, bank sentral Indonesia bisa mengambil langkah pelonggaran moneter pada awal 2016 guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Saya pikir mereka (BI) akan melihat dulu bagaimana reaksi pasar terhadap kenaikan bunga di AS. Kalau reaksinya tenang, maka Januari harusnya mereka bisa lebih agresif atau lebih berani menurunkan suku bunga. Tapi kalau (pasar) fluktuatif sekali, mungkin mereka masih akan tunggu sebentar. Tapi 2016 mungkin (BI rate) akan diturunkan,” kata Purbaya.
Harga Minyak US$ 35,52/Barel
Sementara itu, harga minyak di New York turun ke level terendah multi-tahun yang baru, setelah data AS menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan. Harga patokan minyak mentah Amerika Serikat jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), untuk kontrak pengiriman Januari, seperti dilansir AFP turun US$ 1,83 per barel menjadi US$ 35,52 per barel di New York Mercantile Exchange, harga penutupan terendah sejak Februari 2009.
Di London, minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Januari–patokan Eropa dan internasional–juga melemah US$ 1,26 per barel menjadi US$ 37,19 per barel.
Laporan mingguan persediaan minyak dari Departemen Energi AS menunjukkan pasokan minyak mentah naik 4,8 juta barel dalam pekan yang berakhir hingga 11 Desember menjadi 490,7 juta barel, atau 110,7 juta barel lebih tinggi dari satu tahun lalu.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: