Duniaindustri.com (November 2015) – PT Astra International Tbk (ASII), emiten konglomerasi bisnis yang menaungi 192 perusahaan, memilih strategi mengurangi utang bersih (net debt) tahun ini secara signifikan, sebesar 90% menjadi hanya Rp 300 miliar dari sebelumnya Rp 3 triliun. Menurut Prijono Sugiarto, CEO Astra, strategi itu dilakukan untuk menjaga kesinambungan (sustainability) bisnis secara grup di tengah perlambatan ekonomi nasional, depresiasi rupiah, pelemahan daya beli konsumen lokal, serta kejatuhan harga komoditas dunia.
“Secara konsolidasian, net debt kami turun drastis tahun ini menjadi Rp 300 miliar dari Rp 3 triliun lebih tahun lalu, dibandingkan dengan ekuitas Rp 125 triliun – Rp 126 triliun,” ujarnya dalam keterangan tertulis hasil paparan publik.
Dia menilai penurunan utang bersih itu menguntungkan di satu sisi karena beban bunga dan keuangan perusahaan akan menurun. Namun, di sisi lain, peluang investasi akan sangat terbatas dan tentu saja ini tidak akan terlalu menguntungkan. “Tapi peluang investasi juga tidak banyak. Tahun 2016 sepertinya tidak akan jauh berbeda dari 2015,” paparnya.
Prijono menerangkan bisnis Astra secara grup tidak pernah terlepas dari keadaan ekonomi Indonesia. Sepanjang lima tahun terakhir saat ekonomi nasional cukup kondusif, secara top line (pendapatan) Astra selalu meningkat dan secara bottom line (laba) pun paling buruk adalah tetap (steady) seperti tahun lalu Rp 19,2 triliun.
Di sisi lain, mengingat ekspor sangat tergantung pada komoditas, daya beli konsumen juga terpengaruh. Hal ini sudah terbukti pada sembilan bulan pertama 2015, akhirnya kami juga menyadari akan ada penurunan baik dari top line sekitar 8% dan juga bottom line 17%. “Yang kami lihat 12 bulan ke depan itu mungkin tidak jauh berbeda dari 2015. Jika GDP growth berkisar 5%-5,2%, mungkin kalau ada peningkatan tidak terlalu banyak,” ucapnya.
Seiring dengan proyeksi itu, Astra juga menurunkan estimasi penyerapan belanja modal (capital expenditure) tahun ini menjadi Rp 13 triliun dari rencana semula Rp 14 triliun hingga Rp 15 triliun. “Sudah terserap lebih dari 80%, jika di bulan November begini saya senang bicara karena sudah hampir pasti,” tuturnya.
Ekspansi Baru
Paulus Bambang W, Direktur Astra, menambahkan grup Astra akan mengembangkan pelabuhan dan fokus di sektor maritim. “Kami sudah punya Eastkal pelabuhan di Balikpapan dan akan start dengan itu. Sebelumnya, itu untuk minyak dan gas saja, sekarang kami sedang persiapkan agar bisa menjadi bagian dari tol laut,” katanya.
Menurut dia, tahun depan Astra akan mengembangkan Eastkal tidak hanya untuk minyak dan gas. Roadmap-nya kalau sudah kuat di satu hal, kami akan coba cari alternatif yang lain. “Tapi kami akan konsentrasi dahulu ke arah itu supaya bisa fokus,” paparnya.
Selain maritim, Astra juga masuk ke sektor properti dengan memperkenalkan Anandamaya Residences dan Menara Astra. Prijono menjelaskan keduanya menyerap belanja modal sekitar Rp 7 triliun. “Satu menara Astra dan Anandamaya, kami mengeluarkan belanja modal Rp 7 triliun sampai selesai. Jadi masih ada sebagian dari Rp 7 triliun itu yang akan dikeluarkan pada 2016 bahkan sampai 2017 untuk penyelesaian Menara Astra.(*/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: