Duniaindustri (Juni 2012) — Grup Asia Pulp & Paper (APP) mengumumkan sustainability roadmap menuju tahun 2020 dan seterusnya, sebuah periode di mana APP bertujuan untuk menjadikan perlindungan bagi kekayaan alam Indonesia sebagai jantung dari strategi bisnisnya.
Peluncuran roadmap APP ini diadakan dua minggu setelah APP mengumumkan komitmennya terhadap standar perlindungan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF) dan penghentian sementara konversi hutan alam di seluruh daerah konsesi yang dimilikinya. Pemasok independen yang ada saat ini akan memiliki waktu hingga akhir 2014 untuk memenuhi kebijakan baru HCVF APP.
Sustainability roadmap ini memperluas komitmen APP dalam meningkatkan kinerja lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat lokal. Beberapa hal pokok dari roadmap ini antara lain pada awal 2015, APP akan memiliki kemampuan untuk mendapatkan bahan baku yang berasal sepenuhnya dari hutan tanaman industri (HTI). Pada awal 2015, seluruh pemasok kayu pulp APP yang ada saat ini akan beroperasi sesuai standar-standar untuk hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF), yang akan memberikan perlindungan yang lebih ketat lagi terhadap keanekaragaman hayati, ekosistem langka, dan hak-hak masyarakat lokal.
Pada akhir 2020, seluruh pemasok APP yang ada saat ini akan memiliki sertifikat pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management/SFM) yang kredibel, sesuai dengan praktik terbaik dunia dalam bidang ini. Sebagai bagian dari komitmen terhadap SFM, APP juga akan memulai pengukuran dan evaluasi karbon di HTI yang dimilikinya, di atas dan di bawah tanah.
Usaha ini akan mengedepankan APP dalam kontribusi industri pulp dan kertas global untuk mencegah perubahan iklim, dan mendukung komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menurunkan emisi gas rumah kaca Indonesia sebanyak 26% pada akhir dekade ini.
Salah satu aspek terpenting dari sustainability roadmap ini adalah kebijakan pembelian dan pengolahan bertanggungjawab, di mana penilaian hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF) merupakan salah satu komponen terpenting. Audit indepen ini dipimpin oleh ketua dan pimpinan tim APCS, Loy Jones. Pada awalnya, audit akan mencakup konsesi pemasok yang dimiliki APP dan kemudian dilanjutkan kepada seluruh pemasok kayu independen APP.
Loy Jones, pemimpin audit HCVF APP, menyatakan, “Kami menyambut baik komitmen APP dan keterbukaannya untuk mengikuti evaluasi dan penelitian kami terhadap operasinya yang kami lakukan secara sangat mendetil. Langkah ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam perjalanan jangka panjang menuju komitmen manajemen HCV, dan tentunya bukan hal yang mudah.”
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan, “Roadmap APP ini merupakan sebuah paradigma untuk bagaimana perusahaan-perusahaan Indonesia bersiap dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesempatan yang ada dalam dekade ke depan.”
Menurut Gita, strategi ini dibuat untuk menjawab bagaimana perusahaan dapat menjadi pemimpin industri global, dan melakukannya dengan cara yang berkelanjutan. Ini dapat diwujudkan melalui inovasi, investasi dan transformasi internal. Sustainability roadmap APP akan menjadi sebuah cetak biru bagi APP dalam usahanya untuk menjadi perusahaan pulp dan kertas nomor satu di dunia sebelum 2020.
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Darori menambahkan, “Pemerintah Indonesia mewajibkan perusahaan pulp dan kertas seperti APP untuk menggunakan kayu residu dan kayu limbah dari pengembangan hutan tanaman di hutan yang telah terdegradasi dan hutan bekas tebangan (LOA) dalam rantai pasokannya, karena ini adalah penggunaan yang paling baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.”
Menurut dia, sangat penting bagi komunitas global untuk mengerti bahwa ini bukan ‘pembukaan hutan alam’. “Ini adalah penggunaan sisa dan limbah kayu yang paling efisien, dibanding membakar kayu tersebut maupun meninggalkannya untuk terdegradasi dan mengakibatkan emisi karbon. Strategi ini tetap konsisten dengan tujuan APP untuk menjadi salah satu pemimpin global dalam perubahan iklim.”
CEO Sinarmas Forestry Robin Mailoa menyatakan, “Kami senang dapat turut serta bekerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membangun industri hutan tanaman sesuai dengan strategi nasional. Kami mengumumkan komitmen untuk mengadopsi standar global dalam perlindungan HCVF dan menerapkan sistem manajemen konsesi yang difokuskan kepada lingkungan dan juga komunitas.”
Managing Director Sustainability & Stakeholder Engagement APP Aida Greenbury menyatakan, “Beberapa bagian penting dari Roadmap APP yang juga perlu diperhatikan adalah bagian yang menetapkan bagaimana APP berencana untuk menanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam operasi kami.”
Asia Pulp and Paper (APP), raksasa produsen pulp dan kertas yang dibentuk oleh Sinar Mas Group, memperkirakan produksi pulp dan kertas di 2012 mencapai 2,6 juta ton. Produksi itu dilakukan oleh enam anak usaha di Indonesia, yakni PT Pabrik kertas Tjiwi Kimia, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT Pindo Deli Pulp and Papers Mills, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT The Univenus, dan PT Ekamas Fortuna.
Produksi tidak akan terganggu meski perusahaan mulai Juni 2012 menghentikan sementara pembukaan sekitar 500.000 hektare hutan alam di areal konsesinya selama kawasan itu menjalani penilaian Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF). Menurut CEO Sinar Mas Forestry Robin Mailoa, kebijakan penghentian sementara pembukaan hutan alam untuk kepentingan penilaian HCVF ini merupakan upaya perusahaan untuk mencapai standar internasional dalam perlindungan hutan. Perusahaan akan memanfaatkan pasokan kayu dari hutan tanaman yang sudah terbangun.
Aida menambahkan upaya penghentian pembukaan hutan alam itu jadi komitmen perusahaan dalam menerapkan pengelolaan hutan berkelanjutan karena hutan secara lestari dan berkelanjutan adalah bagian dari bisnis.
“Luasan konsesi APP lebih dari satu juta hektare dan baru 500.000 hektare yang menjadi Hutan Tanaman Industri. Sekitar 500.000 hektare sisanya berupa hutan alam dan itulah target HCVF,” kata Aida seraya menambahkan pasokan bahan baku dari kayu alam saat ini hanya 10%-15%.
Menurut dia, APP diuntungkan oleh daur tanaman yang hanya 6-7 tahun dan jauh lebih cepat dibanding negara lain. “Kami sudah menjalin kerja sama melindungi kawasan konservasi dan habitat satwa, seperti program orang utan di Kutai, Kalbar, konservasi badak di Ujung Kulon, program suaka harimau di Senepis, Sumatera Selatan, dan konservasi 178 ribu hektare cagar biosfer Giam Siak Kecil di Riau,” kata Aida.(Tim redaksi 02)
thank you