Duniaindustri.com (Oktober 2024) — Deflasi yang terjadi secara berkelanjutan dapat membawa dampak negatif yang cukup signifikan bagi sektor riil. Terutama ketika hal ini berbarengan dengan melemahnya daya beli masyarakat dan penurunan permintaan.
“Pemerintah perlu merespon situasi ini secara tepat melalui kebijakan yang tidak hanya fokus pada menjaga stabilitas harga, tetapi juga pada upaya untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat dan merangsang pertumbuhan sektor riil yang menjadi tulang punggung perekonomian,” ujar Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta) di Jakarta, kemarin.
Secara umum, lanjut dia, deflasi merujuk pada penurunan harga barang dan jasa dalam suatu periode tertentu. Pada permukaan, ini mungkin terlihat menguntungkan bagi konsumen karena harga-harga turun.
Namun, bagi sektor riil, deflasi yang berkepanjangan dapat memicu sejumlah masalah serius. “Saat harga turun, produsen cenderung mengurangi produksi untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Penurunan produksi tersebut pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja, penurunan pendapatan rumah tangga, dan berkurangnya investasi di sektor-sektor vital,” jelasnya.
Hal ini mengarah pada penurunan lebih lanjut dalam permintaan barang dan jasa, menciptakan lingkaran deflasi yang berbahaya. Selain itu, deflasi dapat mempengaruhi sektor riil dengan memperlambat laju pertumbuhan usaha kecil dan menengah (UKM) yang sering kali tidak memiliki daya tahan yang cukup terhadap perubahan drastis dalam harga. Pengusaha UKM, yang biasanya bergantung pada arus kas yang stabil, akan mengalami kesulitan ketika permintaan menurun dan margin keuntungan semakin menipis. Hal ini dapat memperburuk pengangguran dan menekan konsumsi lebih lanjut, yang pada akhirnya semakin memperdalam efek deflasi.
Melihat tren selama lima bulan terakhir, dia menilai, ada kemungkinan deflasi akan berlanjut pada bulan Oktober 2024 jika faktor-faktor yang memicunya tidak segera diatasi. Salah satu penyebab deflasi di Indonesia adalah lemahnya permintaan domestik dan penurunan produksi di sektor manufaktur.
“Pandemi yang memengaruhi daya beli masyarakat masih berdampak hingga saat ini, menyebabkan banyak sektor yang tidak dapat sepenuhnya pulih,” paparnya.
Kontraksi di sektor manufaktur merupakan salah satu indikator utama bahwa permintaan baik di pasar domestik maupun ekspor sedang melemah. Ditambah lagi, ketidakpastian global seperti ketegangan perdagangan dan krisis energi dapat menambah tekanan terhadap sektor-sektor penting, termasuk industri manufaktur, yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Jika tidak ada langkah intervensi dari pemerintah, sangat mungkin deflasi akan terus berlanjut, bahkan semakin dalam.
Deflasi tidak hanya dihasilkan dari penurunan permintaan, tetapi juga bisa terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi. Saat produksi barang atau komoditas tertentu melimpah, tetapi permintaan tetap rendah, harga akan turun. Dalam kondisi ini, langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan menjadi krusial.
Dalam menghadapi tantangan deflasi, pemerintah perlu mengeluarkan stimulus yang dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat sekaligus membangkitkan sektor riil. Salah satu langkah yang paling mendesak adalah kebijakan fiskal yang ekspansif untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui sejumlah jurus, antara lain:
Pertama, Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau Program Padat Karya
Pemerintah bisa memperluas program bantuan langsung tunai untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat miskin dan rentan. Program padat karya yang menciptakan lapangan kerja sementara juga bisa menjadi solusi untuk menanggulangi pengangguran sementara yang timbul akibat kontraksi sektor riil.
Kedua, Stimulus untuk UKM dan Sektor Manufaktur
Pemerintah perlu memberikan subsidi atau insentif pajak kepada sektor UKM dan manufaktur yang terdampak deflasi. Bantuan ini akan membantu mereka untuk tetap beroperasi dan meningkatkan produksi di tengah permintaan yang lemah. Selain itu, investasi pemerintah dalam infrastruktur dan teknologi bagi sektor manufaktur akan membantu menciptakan efisiensi yang meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Ketiga, Penurunan Suku Bunga dan Fasilitas Kredit
Di sisi moneter, Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga untuk merangsang pinjaman dan investasi. Kredit murah untuk sektor riil akan mendorong perusahaan untuk tetap melakukan ekspansi meskipun permintaan sedang menurun.
Langkah ini dapat memperkuat sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, seperti teknologi dan industri berbasis energi hijau.
Keempat, Investasi pada Sektor Strategis
Pemerintah juga dapat fokus pada investasi di sektor-sektor strategis yang memiliki multiplier effect besar, seperti infrastruktur, energi hijau, dan digitalisasi.
Pembangunan proyek-proyek infrastruktur berskala besar tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan permintaan bahan baku dan produk dari sektor riil lainnya. Namun bukan proyek asing dengan tenaga kerja asing yang dominan.
Kelima, Reformasi Kebijakan Tenaga Kerja
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah reformasi kebijakan tenaga kerja untuk meningkatkan fleksibilitas pasar kerja dan melindungi pekerja dari dampak negatif deflasi. Pemerintah dapat memperkenalkan kebijakan yang memudahkan pekerja yang terdampak deflasi untuk mendapatkan pelatihan keterampilan baru atau beralih ke sektor-sektor yang lebih stabil.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pemerintah dapat mengatasi dampak deflasi dan mendorong kebangkitan sektor riil, sekaligus meningkatkan pendapatan riil masyarakat yang terdampak.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 298 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 298 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: