PENURUNAN OPERASIONAL PABRIK MANUFAKTUR TERBURUK DALAM 7 BULAN TERAKHIR
Duniaindustri.com (November 2015) – Aktivitas industri manufaktur di Indonesia tercatat terus memburuk, ditandai pelemahan indeks pembelian manufaktur Indonesia (Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Managers/PMI) yang pada November 2015 menyentuh 46,9 poin, jauh di bawah bulan sebelumnya 47,8 poin. Menurut data PMI, indeks pada November menjadi yang terendah sepanjang tujuh bulan terakhir, seiring pelemahan volume produksi, order baru, dan pengurangan tenaga kerja.
Perusahaan manufaktur di Indonesia mengisyaratkan penurunan produksi lebih lanjut pada November 2015. Tren penurunan tersebut terjadi sejak Oktober 2014. Terbukti, partisipan survey menggarisbawahi pelemahan permintaan baik di pasar domestik maupun pasar ekspor.
Data dari survei terakhir mengindikasikan pengurangan tenaga kerja tetap di industri manufaktur di Indonesia. Kondisi itu mengakibatkan adanya kapasitas produksi yang menganggur (idle capacity) di industri ini. Pengurangan tenaga kerja telah terjadi dalam 16 bulan terakhir.
Aktivitas pembelian produksi industri manufaktur di Indonesia turun, terutama secara kuantitas, mengakibatkan penurunan inventori. Pelemahan stok (cadangan) produksi telah tercatat dalam setiap survei sejak Oktober 2014. Di sisi lain, stok barang jadi industri Indonesia justru meningkat pada November 2015, mengakhiri pelemahan dalam empat bulan sebelumnya.
Survei juga memaparkan terjadinya peningkatan biaya produksi yang dihadapi industri manufaktur Indonesia. Sejumlah pelaku industri menilai peningkatan biaya produksi itu terutama disebabkan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Pollyanna De Lima, Ekonom Markit, mengomentari survei tersebut. “Indikator harga menunjukkan pengurangan dari tingkat inflasi selama bulan November. Tetapi inflasi biaya terus melampaui tingkat kenaikan harga di pabrik, menunjukkan bahwa margin perusahaan manufaktur terus tertekan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui pertumbuhan industri manufaktur (non-migas) pada kuartal III 2015 di bawah target, hanya mencapai 5,21% dari target 6,8%. Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat memperkirakan, pertumbuhan industri nasional tidak akan banyak berubah hingga akhir tahun ini, hanya pada kisaran 5,2-5,5%.
Syarif menyampaikan, pertumbuhan industri hingga akhir 2015 tidak akan melejit, hanya berada di kisaran 5,2%-5,5%, lebih rendah dari target semula 6,8%. “Pertumbuhan industri nonmigas pada kuarta III 2015 mencapai 5,21%, atau mengalami perlambatan dibandingkan periode sama 2014. Faktor eksternal dan internal mempengaruhi perlambatan pertumbuhan industri tersebut,” katanya kepada wartawan.
Menurut dia, pertumbuhan industri mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun lalu, namun angka ini lebih besar dari pertumbuhan ekonomi kuartal III 2015 sebesar 4,73%. Kondisi perekonomian global yang belum pulih benar menjadi salah satu faktor eksternal yang membuat perlambatan pertumbuhan industri nasional.
“Dengan kondisi demikian, menggenjot ekspor juga sulit, karena sebagian negara menahan belanjanya. Kondisi ini memang tidak bisa dielakan,” kata Syarif.
Sementara itu, lanjut Syarif, masih banyaknya bahan baku industri yang harus diimpor menjadi salah satu faktor internal yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan industri. “Rupiah yang masih melemah juga menjadi kendala. Sehingga, daya beli masyarakat ikut mempengaruhi. Jadi industrinya mengalami penurunan,” ujar Syarif.(*/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: