Latest News
You are here: Home | Umum | Adaro Kantongi Utang US$ 1 Miliar untuk Refinancing
Adaro Kantongi Utang US$ 1 Miliar untuk Refinancing

Adaro Kantongi Utang US$ 1 Miliar untuk Refinancing

Duniaindustri.com (Agustus 2014) – PT Adaro Indonesia, anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO), memperoleh pinjaman sebesar US$ 1 miliar dari 14 bank internasional. Pinjaman bertenor tujuh tahun tersebut akan dipakai untuk membiayai kembali (refinancing) obligasi dan utang bank.

“Sebesar US$ 9,1 miliar atau kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 9,1 kali,” jelas Direktur dan CFO Adaro Energy David Tendian dalam keterangan resmi, Rabu (27/8). Adaro akan memanfaatkan pinjaman baru dan kas internal untuk melunasi obligasi sebesar US$ 800 juta dan pembiayaan kembali pinjaman senilai US$ 750 juta.

Fasilitas pinjaman tersebut sejalan dengan strategi Adaro untuk menjaga struktur permodalan dan neraca yang kokoh, serta meningkatkan profil jatuh tempo pinjaman, fleksibilitas pinjaman, dan kemampuan menurunkan rata-rata biaya utang.

“Meskipun kondisi pasar batubara yang belum kondusif, kami tetap memperoleh minat dan dukungan yang kuat dari para kreditor,” tutur David. Hingga akhir semester I-2014, total liabilitas Adaro turun 1% menjadi US$ 3,59 miliar. Liabilitas jangka pendek naik 5% menjadi US$ 15 juta, yang disebabkan oleh peningkatan utang pajak.

Sepanjang tahun lalu, Adaro Energy, perusahaan batubara terbesar kedua di Indonesia, mencatat penurunan laba bersih sebesar 40% dari US$ 385,35 juta pada 2012 menjadi US$ 231,23 juta.

Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir menyatakan, turunnya laba bersih akibat tertekannya harga batubara, terutama karena kelebihan pasokan di pasar batubara dan harga domestik yang lebih rendah di China pada tahun lalu.

“Laba bersih Adaro turun 40% terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata,” kata dia dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sementara pendapatan usaha perseroan pada tahun lalu tercatat sebesar US$ 3,29 miliar atau turun 11,56% dibanding tahun sebelumnya US$ 3,72 miliar. Pendapatan usaha berasal dari penambangan dan perdagangan batubara senilai US$ 3,07 miliar, jasa penambangan sebesar US$ 148 juta, dan lainnya US$ 68 juta.

Akibat menurunnya pendapatan usaha, beban pokok pendapatan perusahaan sedikit turun menajdi US$ 2,55 miliar dari US$ 2,68 miliar. Ini menyebabkan laba bruto perseroan tercatat turun menjadi US$ 739,19 juta dari US$ 1,04 miliar. Sedangkan beban usaha tidak jauh berbeda masih di kisaran US$ 173 juta, dengan beban lain-lain sedikit meningkat menjadi USD31,81 juta dari USD33,17 juta.

Laba usaha Adaro tercatat turun menjadi US$ 534,29 juta dari US$ 836,38 juta. Adapun selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan meningkat tajam menjadi US$ 7,01 juta dari tahun sebelumnya US$ 2,14 juta. Sementara laba tahun berjalan menyusut menjadi US$ 229,26 juta dari US$ 383,31 juta. Sedangkan laba bersih per saham dilusian turun menjadi US$ 0,0067 dari tahun sebelumnya US$ 0,0115.

Kendati mengalami penurunan kinerja keuangan, namun perseroan pada tahun lalu mencatat rekor tertinggi untuk produksi sebesar 52,3 metrik ton (MT) atau meningkat 111% dibanding 2012 sebanyak 47,2 MT. Volume penjualan juga tercatat naik 10% menjadi 53,5 MT dibanding sebelumnya 48,6 MT.

Tahun lalu pemerintah memperkirakan ekspor batubara nasional mencapai 280 juta ton atau sekitar 70% dari total produksi sebesar 400 juta ton. Persentase ekspor itu turun dibanding 2012 dan 2011 yang mencapai 80%, karena pelemahan harga batubara dunia.

Harga batubara yang terus menurun juga mengakibatkan beberapa perusahaan tambang batubara di Tanah Air mulai mengurangi produksinya. Ei Prasodjo, Direktur Pembinaan Usaha Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM mengatakan, “Produksi batubara Indonesia mencapai 400 juta ton per tahun, 25-30% di antarnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, 70% sisanya untuk ekspor. ”

Dia menjelaskan, negara tujuan ekspor batubara Indonesia masih didominasi China, Jepang, Korea dan India. Hanya saja, saat ini beberapa perusahaan batubara nasional mulai mengurangi produksinya karena harga tidak menguntungkan. Pada tahun 2011 dan 2012, sekitar 80% batubara produksi Indonesia dilempar ke pasar ekspor.

Harga batubara pada September 2013 mencapai US$ 76 per ton. Padahal, harga tertinggi tahun 2011 pernah mencapai di atas US$ 130 per ton. Dengan kondisi biaya-biaya produksi terus meningkat sementara harga cenderung menurun, perusahaan batubara mulai mengurangi produksinya.

RI Kuasai 24% Pasar Dunia

Ternyata pada 2009-2010, Indonesia menjadi eksportir batubara terbesar kedua di dunia, setelah Australia. Batubara dibutuhkan untuk pembangkit listrik dan sumber bahan bakar industri.

Dewan Energi Nasional mengolah data dari International Energy Agency (IEA) yang menyatakan, Indonesia pada tahun 2009 mengekspor batubara sebesar 261,4 juta ton, sementara Australia mengekspor batubara 288,5 juta ton pada tahun itu. Pada 2010, ekspor batubara Indonesia diperkirakan mencapai 275 juta ton.

Selain Australia dan Indonesia terdapat sejumlah negara lain yang juga menempati posisi dalam Top 8 Eksportir Batubara Terbesar di Dunia, yaitu Rusia (130,9 juta ton), Kolombia (75,7 juta ton), Afrika Selatan (73,8 juta ton), Amerika Serikat (60,4 juta ton), China (38,4 juta ton), dan Kanada (31,9 juta ton).

Sedangkan menurut World Energy Council dalam Survey of Energy Resources-2010 pada akhir tahun lalu, cadangan batubara terbukti dunia terbesar terdapat di Amerika Serikat, Rusia, China, Australia, dan India.

Amerika Serikat menempati tempat teratas dengan total cadangan batubara 237,29 juta ton (22,6% cadangan dunia), Rusia menempati tempat kedua dengan 157,01 juta ton (14,4% cadangan dunia), disusul China dengan cadangan sebesar 114,50 juta ton (12,6% cadangan dunia), kemudian Australia dengan cadangan terbukti 76,50 juta ton (8,9% cadangan dunia), dan posisi ke-5 diisi oleh India dengan 60,6 juta ton (7% cadangan dunia).

Sementara Indonesia hanya menempati urutan ke-14 dengan jumlah total cadangan terbukti 5,529 juta ton (0,6% dari total cadangan batubara dunia).

Berdasarkan data Statistical Review of World Energy di tahun 2009, China merupakan negara produsen batubara terbesar dengan 3,05 miliar ton (45,6% produksi dunia), sedangkan Indonesia menempati posisi ke-7 dengan jumlah produksi 252,5 juta ton (3,6% produksi dunia).(Tim redaksi 01)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top