Duniaindustri.com (Juni 2016) – PT Adaro Energy Tbk (ADRO), emiten batubara terbesar kedua di Indonesia, sepakat untuk mengakuisisi seluruh saham milik BHP Billiton Ltd di perusahaan tambang batubara PT IndoMet Coal. Akuisisi 75% saham IndoMet itu diperkirakan menelan investasi hingga US$ 120 juta.
IndoMet Coal, yang mengoperasikan lahan Tambang Haju, merupakan sinergi dari Adaro dan Billiton, raksasa tambang yang bermarkas di Melbourne. Tambang Haju, yang berlokasi di Kalimantan, mulai berproduksi tahun lalu, dengan kapasitas produksi tahunan 1 juta ton batubara, terutama kokas, BHP memiliki 75% saham di proyek tersebut, sisanya dipegang salah satu anak usaha Adaro.
“Setelah kajian rinci terhadap IndoMet Coal, kami menyimpulkan bahwa meskipun proyek bisa mendukung pengembangan skala yang lebih besar, BHP Billiton memiliki berbagai pilihan pertumbuhan lain dalam portofolio, yang lebih menarik untuk investasi masa depan,” ujar Presiden IndoMet Coal James Palmer dalam pernyataannya untuk Billiton.
Para analis mengatakan pada April lalu, BHP cukup beruntung jika bisa mendapatkan USD200 juta untuk 75 persen saham tersebut, jauh di bawah harga senilai USD335 juta yang dibayar Adaro untuk 25 persen saham di IndoMet pada 2010, karena ketidakpastian regulasi di Indonesia dan kemerosotan tajam harga batubara.
Adaro Energy akan menggunakan dana internal untuk mengakuisisi seluruh saham BHP Billiton di PT IndoMet Coal (IMC) senilai US$120 juta.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan pihaknya memiliki kemampuan pendanaan yang kuat. “Tapi kami tetap mesti efisien dan berpikir antisipatif. Industri batu bara itu up and down, makanya harus ada reserve,” ujarnya.
Garibaldi mengaku sejauh ini masih menyiapkan dana untuk akuisisi tersebut. Oleh karena itu, belum ada anggaran untuk pengembangan proyek-proyek IMC ke depan.
Dia menilai wajar jika BHP memutuskan untuk melepas seluruh sahamnya di IMC yang mencapai 75%. Pasalnya, kondisi pertambangan dunia saat ini telah memaksa perusahaan-perusahaan besar untuk lebih fokus pada aset-asetnya yang berapa di dalam negeri.
Menurutnya, kemungkinan memiliki 100% saham IMC merupakan kesempatam langka yang sayang apabila dilewatkan. Selain memiliki tujuh anak perusahaan berlisensi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), jenis batu bara yang dimiliki pun merupakan coking coal yang berkalori sangat tinggi dan dipakai untuk industri logam.
“Untuk thermal coal alhamdullilah sudah banyak pemain-pemainnya di Indonesia. Kalau coking coal memang ini kesempatan yang langka,” ujarnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: