Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Pelemahan rupiah terhadap dolar hingga menembus Rp 13.800/US$ memukul industri farmasi nasional mengingat 75% bahan baku masih diimpor. Hal itu bisa menjadikan biaya kesehatan semakin mahal.
“Industri farmasi dibebankan dari berbagai macam sisi. Seperti dari pajak PPN maupun pajak alat kesehatan yang masuk dalam pajak penjualan barang mewah (PpnBM), perizinan yang rumit serta yang terakhir adalah nilai kurs rupiah yang melemah sehingga bisa membuat harga obat yang lebih banyak impor bisa mengalami kenaikan,” ujar Darojatun Sanusi, Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi.
Dia menyebutkan bahwa hampir sebagian besar bahan baku obat adalah produk impor. Seperti untuk obat tanpa nama dagang maka kandungan impornya mencapai 70%-75% sementara obat dengan nama dagang maka kandungan impornya bisa mencapai 30%. “Saat inikan rupiah melemah hampir melesat 30%, maka dari itu kenaikan harga obat bisa mencapai 6%-12%. Akan tetapi, saat ini industri farmasi masih menunggu nilai rupiah. Kalau memang terjadi berkepanjangan maka harga obat bisa akan naik,” ucapnya.
Namun demikian, Darojatun memastikan dalam 2-3 bulan terakhir tidak akan ada kenaikan harga obat lantaran stok impor obat yang dilakukan oleh pengusaha farmasi masih ada sehingga tidak akan mempengaruhi harga obat. “Komponen kenaikan harga obat kan bukan hanya dari nilai tukar rupiah saja, akan tetapi bisa dari biaya transportasi, kenaikan UMP yang diisukan hampir 50%, serta listrik,” jawabnya.
Sebenarnya, lanjut dia, pengusaha masih bisa menahan tidak akan menaikkan harga tatkala nilai tukar rupiah terhadap dolar plus minus 5-7% dari yang ditetapkan dalam APBN. Namun situasi sekarang berbeda, karena rupiah melemah mencapai 30%. Tidak hanya rupiah saja yang membuat sektor farmasi beserta turunannya jadi mahal. Jika terus seperti ini, maka bisa jadi penyelenggaraan ASEAN Economic Community (AEC) di 2015 membuat industri farmasi Indonesia akan kalah bersaing dengan negara ASEAN lainnya. “Jika daya saing industri farmasi Indonesia kalah bersaing, maka bisa jadi nanti penyelenggaraan BPJS justru dinikmati oleh industri farmasi dari negara ASEAN lainnya,” katanya.
Agar bisa meningkatkan daya saing, kata dia, maka dibutuhkan insentif kepada industri farmasi. “Semua bahan baku obat di negara-negara ASEAN rata-rata impor akan tetapi yang membedakannya adalah insentif. Insentif di negara-negara ASEAN jauh lebih besar dari pada di Indonesia. Sementara kita dibebankan dengan berbagai macam masalah seperti permintaan kenaikan UMP hampir 50%,” imbuhnya.
Saat ini, kata Darojatun, yang dibutuhkan adalah insentif baik dari sisi penelitian riset and development, pengurangan pajak. “Kan mungkin saja segala sesuatunya dipermudah dan dipercepat karena hal itu diberikan Pemerintah tanpa mengurangi kewenangannya. Kalau ingin mengurangi beban pasien, ya mesti memberikan insentif baik dari sisi pajak. Karena kalau dikenakan pajak, maka akan menjadi beban dari pasien juga,” jelasnya.
Pertumbuhan Pasar
Berdasarkan Business Monitor International (BMI), pengeluaran kesehatan (healthcare expenditure) diprediksi tumbuh 10,2% CAGR 2014-2017F dengan mempertimbangkan dampak dari BPJS-JKN yang akan mendorong permintaan yang lebih tinggi terhadap segmen obat generik, – tetapi tidak untuk obat resep – sedangkan menurut kami obat-obatan bebas (OTC drugs) akan relatif stabil.
Perusahaan farmasi dengan struktur yang lebih berat pada obat resep seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan mengalami penurunan margin lanjutan karena ada migrasi ke obat generik yang memberikan margin lebih tipis. Sebagai tambahan, risiko nilai tukar masih tetap menjadi faktor utama pada sisi beban pokok penjualan (COGS) emiten farmasi.(*)
Top 10 Perusahaan Farmasi di Indonesia 2013
————————————————————————————————————
Keterangan Pertumbuhan (%) Pangsa Pasar (%)
———————————————————————————————————–
Kalbe Group 7,71 9,52
Dexa Medica Group 13,52 7,12
Sanbe 4,08 5,87
Soho Group 24,15 4,13
Pharos Group 18,33 3,70
Sanofi-Aventis Group 12,88 3,54
Novartis Group 11,88 3,21
Merck Indonesia Group 28,62 2,72
GlaxoSmithKline 10,58 2,59
———————————————————————————————————
Sumber: IMS Health, kombinasi data pasar
Halo,
Hal ini untuk memberitahukan kepada masyarakat umum bahwa Mr Gerard Sanchez, pemberi pinjaman pinjaman swasta memiliki membuka kesempatan keuangan untuk semua orang yang membutuhkan bantuan keuangan. Kami memberikan pinjaman dengan bunga 2% kepada individu, perusahaan dan perusahaan di bawah syarat dan kondisi yang jelas dan dimengerti. hubungi kami hari ini dengan e-mail di: (gerardsanchezloan@gmail.com)