Duniaindustri.com (Juli 2016) – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bersama AP Investment memimpin sindikasi dengan dukungan tiga bank BUMN, yaitu PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT BNI Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) setuju untuk mengakuisisi saham PT Amman Mineral Internasional yang mengendalikan 82,2% dari PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) dengan nilai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 34,32 triliun (kurs Rp 13.200/US$). Akuisisi itu diklaim dilakukan dengan struktur transaksi berkelas dunia dan unik bagi perbankan Indonesia.
Amman Mineral Internasional baru saja mengumumkan bahwa perusahaan telah membeli Newmont Nusa Tenggara dari Newmont Mining Corporation dan Sumitomo Corporation. Ini merupakan salah satu transaksi structured finance terbesar di Asia Tenggara tahun ini.
“Transaksi ini secara langsung memberikan nilai tambah strategis terhadap Medco Energi, mengingat operasi NNT yang berskala dunia. Kami berkomitmen untuk menjaga standar tinggi keamanan, pengelolaan lingkungan, dan tanggung jawab sosial, serta tenaga kerja berkualitas yang merupakan fondasi Medco Energi hingga dapat sukses beroperasi sampai saat ini,” ujar Hilmi Panigoro, Presiden Direktur Medco Energi dalam siaran pers.
Menurut dia, akuisisi ini akan memperkuat posisi Medco Energi sebagai perusahaan energi dan sumber daya alam independen papan atas di Indonesia. “Selain itu, aksi ini menegaskan komitmen kami untuk berkontribusi pada pembangunan nasional,” katanya.
Komisaris Medco Energi Group Muhammad Lutfi mengatakan, transaksi ini bersifat strategis, bukan hanya bagi Medco Energi Group tapi juga karena menjadi dua preseden penting bagi Indonesia dan investor internasional. Pertama, transaksi ini membuktikan bahwa kolaborasi antara perusahaan Indonesia, bank-bank BUMN, pemerintah, dan masyarakat dapat menghadirkan solusi atas setiap permasalahan di tanah air.
“Kedua, Newmont dan Sumitomo berhak menerima pujian karena telah menjadi teladan baru bagi investor internasional di sektor sumber daya alam yang sangat kooperatif dan suportif dalam memenuhi aspirasi masyarakat. Transaksi seperti ini akan menghadirkan berkah bagi semua pihak,” paparnya.
“Saya bangga menyaksikan dan belajar langsung dari bankir-bankir terbaik Indonesia. Struktur transaksi berkelas dunia yang diterapkan tiga bank BUMN di sini diharapkan dapat menciptakan lebih banyak transaksi yang sama strategisnya di kemudian hari,” ujar Hilmi Panigoro.
AP Investment dipimpin oleh Agus Projosasmito, investment banker kawakan dan mantan Presiden Direktur PT Danareksa Securities. Agus banyak dikenal karena memimpin transaksi-transaksi penting di Indonesia. Di antaranya adalah pendirian Star Energy dengan akuisisi operasi lepas pantai Conoco Phillips di Natuna pada 2002 dan akuisisi Wayang Windu—perusahaan geothermal ternama—dari Credit Suisse dan Deutsche Bank pada 2004.
Pendiri Medco Energi Arifin Panigoro juga menyambut positif transaksi ini. “Saya sangat senang karena Medco Energi Group terus menunjukkan karakter utamanya untuk menjadi pionir yang menciptakan standar baru, baik untuk industri maupun untuk Indonesia. Kami senantiasa mengucapkan terima kasih kepada pemerintah karena visi yang selalu seirama dan dukungan yang luar biasa terhadap Medco Energi,” terangnya.
Meski demikian, penyelesaian transaksi akan menunggu persetujuan dari pemerintah dan pemegang saham Medco Energi. Saham Medco Energi pada perdagangan Jumat (1/6) melesat 20% (Rp 300) ke level Rp 1.800 seiring dengan berita ini yang menyiratkan sentiment positif dari pelaku pasar.
Target Dana Rights Issue
Pada Mei 2016, Medco Energi mengumumkan akan melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) kepada pemegang saham perseroan dengan jumlah sebanyak-banyaknya 3,04 miliar lembar saham dengan nilai nominal Rp100. Perseroan menargetkan bisa meraup dana hingga Rp4,65 triliun dari penerbitan saham baru melalui rights issue sebanyak 3,04 miliar saham.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, perseroan mengumumkan, dana yang diperoleh dari HMETD I ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi saham, akan digunakan sekitar 70% untuk pembayaran sebagian dan/atau seluruh utang yang akan jatuh tempo. Kemudian, sekitar 30% akan digunakan untuk belanja modal, termasuk belanja modal yang muncul dari akuisisi aset di masa yang akan datang.
Pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan efek terlebih dahulu dalam HMETD I dapat terdilusi sebesar maksimum 48%. Penambahan modal akan dilakukan sesuai dengan keperluan permodalan perseroan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (3) POJK 32, jangka waktu antara tanggal persetujuan RUPSLB sehubungan dengan penambahan modal dengan HMETD I sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan. Perseroan berencana untuk melaksanakan penambahan modal dalam periode 12 (dua belas) bulan tersebut.(*/berbagai sumber/siaran pers/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: