Latest News
You are here: Home | Tekstil | 40% Impor Kapas ASEAN Masuk ke Indonesia
40% Impor Kapas ASEAN Masuk ke Indonesia

40% Impor Kapas ASEAN Masuk ke Indonesia

Duniaindustri.com (Agustus 2016) – Sekitar 40% atau setara 700 ribu ton impor kapas ASEAN masuk ke Indonesia. Hal itu terjadi karena negeri ini merupakan salah satu produsen utama tekstil dan garmen di dunia. Dengan demikian, impor kapas ASEAN sekitar 1,780 juta ton per tahun.

“Impor kapas ASEAN umumnya berasal dari Amerika Selatan, Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil,” ujar sumber duniaindustri.com yang merupakan praktisi ekspor-impor.

Menurut dia, selama ini impor kapas masuk ke ASEAN melalui pelabuhan Malaysia dan Singapura. “Mayoritas masuk ke Malaysia. Kalau yang masuk ke Singapura itu, biasanya tidak tahan lama,” paparnya.

Dia menjelaskan, kapas yang dipanen dari negara asal dikapalkan terlebih dahulu, baru kemudian mencari pembeli (buyers). Itu tren perdagangan kapas mentah (raw cotton) selama ini. “Jika ada pembeli, kapal pengangkut kapas mentah dapat diputar haluan menuju pelabuhan tujuan,” katanya.

Indonesia merupakan salah satu importir kapas terbesar di dunia, setelah China dan Turki yang merupakan produsen tekstil. Sayangnya stok bahan baku kapas harus ‘mampir’ dahulu di Port Klang, Malaysia.

Hal ini karena Indonesia belum menganut ketentuan untuk membolehkan sistem gudang internasional atau logistik internasional. Artinya selama ini barang impor yang masuk harus berasal dari importir, belum mengantur dibolehkannya trader (bukan importir) yang memiliki stok bahan baku untuk memasukan barang ke dalam negeri, dan bebas bea masuk impor.

Sedangkan di Malaysia justru sebaliknya sudah diizinkan trader memasukan barang bebas bea masuk bukan untuk keperluan impor namun hanya sebagai gudang internasional. Di sana sudah punya infrastruktur gudang yang baik dan lengkap. Di Indonesia, ketentuan barang bebas masuk impor baru bisa diterapkan di perusahaan/importir yang berada di kawasan berikat, yang produknya harus berorientasi ekspor atau tak dijual ke dalam negeri.

Karena itu, pemerintah mendorong investasi di pusat logistik berikat seperti Pusat Logistik Berikat (PLB) di Cikarang Dry Port. Sumber duniaindustri.com menjelaskan salah satu trader kakap asal Swiss mulai mengalihkan pusat logistik (hub) untuk komoditas impor kapas dari Malaysia ke Cikarang Dry Port. Dengan menggunakan Pusat Logistik Berikat di Cikarang Dry Port, setidaknya terdapat beberapa manfaat yakni menekan biaya logistik dan meringankan beban cash flow para pengguna kapas terutama pabrik-pabrik tekstil. Dampak yang paling dirasakan, beban cash flow pabrik-pabrik tekstil pengguna kapas akan lebih ringan hingga tiga bulan dengan adanya gudang di PLB Cikarang Dry Port.

Selain itu, dengan memindahkan hub dari Malaysia untuk impor komoditas kapas, tentu akan berpengaruh positif terhadap perkembangan industri tekstil di Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan salah satu basis industri tekstil yang cukup disegani di dunia. Kebutuhan kapas untuk industri tekstil nasional setiap tahun diperkirakan mencapai 650 ribu ton hingga 700 ribu ton.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan keberadaan Pusat Logistik Berikat (PLB) khusus komoditas kapas di Cikarang Dry Port (CDP) mendorong efisiensi biaya logistik industri nasional. Dengan keberadaan PLB kapas, stok bahan baku tekstil dapat dengan mudah diperoleh dan biayanya kompetitif.

“Keberadaan PLB khusus komoditas kapas di Cikarang Dry Port (CDP) jelas menguntungkan pengusaha tekstil Tanah Air. Pasalnya, mereka tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk mengambil persediaan kapas dari Malaysia. Maklum, selama ini stok komoditas itu hanya bisa disimpan di negeri Jiran itu,” kata Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ernovian G Ismy, kepada wartawan, Jumat (10/6).

Ernovian juga menyambut baik pengiriman pertama impor kapas dari Brazil ke PLB di Cikarang Dry Port. Dia menjelaskan, jika nantinya proses ini berjalan baik, artinya bisa terjalin azas efektivitas, maka semua persediaan bahan baku akan dipindah ke dalam negeri semua. “Kami inginnya (bahan baku kapas) yang murah. Itu yang kami harapkan. Untuk itu tetap harus dikawal bersama-sama. Tidak hanya Bea Cukai, tapi juga pedagang dan pengguna kapas, serta asosiasi,” imbuh Ernovian.

Benny Woenardi, Managing Director Cikarang Inland Port, sebelumnya menjelaskan selama ini pengadaan impor kapas Indonesia masih didominasi impor langsung shipper dari luar negeri sekitar 60%, 30% di gudang Malaysia, dan sisanya 10% dari retailer yang melakukan impor untuk dijual lagi. PLB kapas di CDP ini dapat memindahkan gudang kapas Malaysia ke Indonesia sehingga menekan biaya logistik, transportasi, dan pergudangan.

PT Gerbang Teknologi Cikarang mengoperasikan fasilitas pusat logistik berikat (PLB) untuk komoditas kapas dengan area gudang seluas 11.960 meter persegi di kawasan Cikarang Dry Port, Jawa Barat. Saat ini gudang PLB yang kedua pun sedang dalam tahap pembangunan dan diharapkan selesai paling lambat akhir tahun ini. Harapannya, PLB ini membantu Indonesia menjadi hub logistik di Asia Pasifik khususnya untuk komoditas kapas dan industri tekstil.(*)

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top