Duniaindustri.com (Juni 2014) – Sekitar 30% dari total lahan sawit di Indonesia seluas 10 juta hektare diduga dikuasai oleh sejumlah elit politik di daerah. Menurut Revrisond Baswir, pengamat ekonomi, kondisi tersebut menimbulkan benturan kepentingan karena elit di daerah yang sekaligus menjadi regulator, justru menjadi pemain di lapangan yang cenderung merusak lahan.
“Kepemilikan lahan sawit oleh elit cenderung mudah merusak lingkungan, karena mereka seharusnya menjalankan fungsi kontrol dan penegakan hukum,” ujarnya saat dihubungi tim duniaindustri.com di Jakarta.
Menurut dia, elit politik yang sebagian diduga melibatkan pejabat negara juga kerap memperdagangkan lahan sawit untuk kepentingan pribadi dan golongannya sehingga sulit dikontrol dalam hal kelestarian lingkungan. “Dengan adanya rekorupsi dari elit dan pejabat negara di daerah, itu memudahkan mereka dalam upaya membuka hutan dengan cara pembakaran. Ini sebenarnya yang berbahaya,” tuturnya.
Kerusakan hutan dengan cara pembakaran kerap menjadi isu dalam kampanye negatif lembaga swadaya asing (non government organization/NGO). “Konflik kepentingan itu yang membuat sampai saat ini Indonesia tidak mempunyai peta lahan sawit yang jelas,” ujarnya.
Sementara sisa lahan sawit di Indonesia dikuasai oleh perkebunan swasta nasional dan asing sekitar 30%, dan rakyat (petani plasma) sekitar 40%. “Penegakan hukum untuk lahan sawit yang dikuasai perusahaan swasta lebih mudah dibanding yang dikuasai elit politik di daerah,” ujar Revrisond.
Ichsanuddin Noorsy, pengamat ekonomi, juga menilai penegakan hukum oleh pemerintah Indonesia sangat lemah terkait kepemilikan lahan sawit yang cenderung merusak lingkungan. Regulasi pemerintah selama ini masih belum menciptakan kemandirian bernegara. “Pemerintah selama ini masih dijajah oleh kepentingan asing, terlihat dari regulasi dan pernyataan-pernyataan pejabat negara,” ujarnya.
Dalam konteks industri sawit nasional, lajut dia, kepentingan negara barat terutama Eropa lebih ditekankan pada kaitan sawit sebagai salah satu alternatif energi. “Negara barat terutama Eropa ketakutan jika Indonesia menghentikan ekspor sawit dan mengubahnya menjadi bahan bakar nabati,” paparnya.
Tidak heran negara barat menggunakan isu lingkungan hidup untuk menekan Indonesia. “Eropa ketakutan jika Indonesia mampu menerapkan konversi energi ke sawit sehingga mengurangi kekangan negara barat,” ucapnya.(*)