Duniaindustri.com (Februari 2019) — Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Transformasi untuk Keadilan Indonesia (Tuk Indonesia) menyebut sebanyak 25 taipan di Indonesia menguasai 5,8 juta hektare lahan sawit di negeri itu. Angka tersebut hampir separuh atau tepatnya 47% dari total luasan perkebunan sawit di Indonesia.
Tuk Indonesia dalam laporan riset jilid II mengungkap perkembangan penguasaan lahan sawit yang dikendalikan oleh 25 taipan. Sawit Indonesia (yang sudah ditanami) menurut laporan itu luasnya 12,3 juta hektare (ha).
Total luasan lahan milik 25 grup bisnis para taipan adalah 5,8 juta ha, terdiri dari 3,4 juta ha tertanam dan 2,4 juta ha yang belum tertanam. “Lima teratas grup dengan kemampuan menanam tertinggi adalah: Royal Golden Eagle, Batu Kawan, Harita, Darmex dan pada tempat yang kelima diduduki oleh tiga (3) grup, yaitu: SMART, Gozco dan Salim,” ujar Direktur Eksekutif TuK Indonesia Rahmawati Retno Winarni dalam siaran pers di Jakarta, kemarin.
Sementara grup dengan kemampuan menanam terendah adalah: IOI, Austindo, Kencana, Boon Siew, dan Tiga Pilar Sejahtera. Grup dengan realisasi plasma tertinggi: Sampoerna, RGE, Harita, Salim dan DSN, Jardine dan Sungai Budi.
Area yang ditanami kelapa sawit di Indonesia meningkat sebesar 82% dalam sepuluh tahun terakhir, dari 6,8 juta hektar pada 2007 menjadi 12,3 juta hektar pada 2017. Ini setara dengan peningkatan 550.000 hektar per tahun. “Ini berarti bahwa area hampir seluas Pulau Bali terus menerus dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya,” kata Rahmawati.
Selama empat tahun terakhir, dari 2013 hingga 2017, pertumbuhan sektor ini hanya sedikit lebih rendah: area yang ditanami kelapa sawit masih mengalami peningkatan sebesar 460.000 hektar per tahun. Wilayah kelapa sawit Indonesia didistribusikan di berbagai provinsi di Indonesia dan di mana pertumbuhan terbesar terjadi dalam empat tahun terakhir, yaitu: Kalimantan Barat, diikuti oleh Kalimantan Timur dan Riau.
Di sisi lain, kekayaan 29 konglomerat yang terkait dengan bisnis kelapa sawit di Indonesia diperkirakan setara dengan 67 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Pada periode itu, pemerintah menganggarkan APBN sebesar Rp2.080 triliun yang terdiri dari belanja pemerintah pusat, transfer ke daerah dan dana desa. Sedangkan total kekayaan 29 taipan tersebut tercatat mencapai US$88 miliar setara Rp1.241 (mengacu kurs Rp14.112 per dolar AS).
Rahmawati Retno Winarni menjelaskan jumlah tersebut mewakili sekitar 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2017 yang senilai US$1 triliun atau sekitar Rp14 ribu triliun.
Dalam laporannya yang berjudul Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2018, TuK Indonesia menyampaikan jumlah kekayaan para taipan diambil dari data yang dirilis oleh Forbes dan Jakarta Globe.
Bagi taipan yang tidak terdaftar, TuK Indonesia membuat perkiraan konservatif dengan menghitung rata-rata dari total kekayaan mereka. Setelah perhitungan selesai, maka TuK Indonesia mendapat angka yaitu US$88 miliar.
“Dengan catatan kekayaan ini didapat dari seluruh lini bisnis mereka tidak hanya dari lini bisnis kelapa sawit,” kata Rahmawati.
Ia melanjutkan 29 taipan tersebut menggerakkan 25 perusahaan kelapa sawit. Tidak hanya di Indonesia, perusahaan tersebut juga berasal dari Singapura, Malaysia, dan London.
Perusahaan-perusahaan tersebut, lanjutnya, dikendalikan oleh taipan dan keluarganya. Meskipun para taipan tidak memiliki saham mayoritas, tetapi mereka menggenggam porsi saham yang cukup untuk mampu mengendalikan manajemen perusahaan.
Dari deretan nama konglomerat tersebut, nama mendiang Eka Tjipta Widadja tercatat sebagai taipan kelapa sawit dengan kekayaan terbesar. Pada tahun 2017, Globe Asia mencatat kekayaan pemimpin Sinar Mas Group itu mencapai US$13,9 miliar setara Rp196,2 triliun.
Adapula nama Calon Wakil Presiden nomor Urut 02, Sandiaga Uno yang masuk dalam daftar 29 taipan kelapa sawit Indonesia. Mantan wakil Gubernur DKI Jakarta itu mendapatkan kekayaan lewat Provident Agro, bersama dengan pengusaha Edwin Soeryadjaya. Menurut Globe Asia, Sandiaga tercatat memiliki kekayaan sebesar US$300 juta.
Dari catatan TuK Indonesia, hanya ada dua keluarga taipan yang dipimpin oleh kaum perempuan, yaitu Lim Siew Kim dari Anglo-Eastern Plantations dan Arini Subianto dari DSN Group dan Triputra Agro Group.
“Angka tersebut adalah kekayaan mereka dari sumber yang terpublikasi. Namun, saya meyakini jumlah kekayaan yang sesungguhnya mungkin jauh lebih besar,” imbuhnya.(*/tim redaksi 04/Safarudin)