Duniaindustri.com (November 2015) – PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau lebih dikenal Sritex, emiten tekstil terintegrasi, berencana menurunkan belanja modal 2016 sebesar 17% menjadi US$ 86 juta dibanding 2015 sebesar US$ 104 juta. Hal itu terungkap dalam materi paparan publik perseroan.
Manajemen perseroan menjelaskan dana belanja modal perusahaan dalam tiga tahun terakhir secara berturut-turut mencapai US$ 55 juta (2014), US$ 104 juta (2015), dan US$ 86 juta (2016). Alokasi tersebut disesuaikan dengan strategi perseroan yang telah dan akan dilakukan antara lain ekspansi kapasitas produksi secara bertahap, meningkatkan efisiensi produksi, memperluas diversifikasi produk, dan memperluas jaringan pelanggan.
Alokasi belanja modal tahun depan akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 654.000 bales benang dari 566.000 bales benang pada 2014, memperbesar kapasitas produksi dari 120 juta yard pada 2014 menjadi 240 juta yard kain, meningkatkan kapasitas produksi menjadi 180 juta meter kain mentah dari 120 juta meter kain metah di 2014, serta menaikkan kapasitas produksi dari 14 juta potong pakaian pada 2014 menjadi 30 juta potong pakaian pada 2016.
Sritex juga terus memperluas diversifikasi produk seperti produk militer, seragam kerja, adi busana. Namun, perseroan tetap mempertahankan produk lama, seperti seragam militer. Saat ini, Sritex telah berada di 11 negara di Amerika, 11 negara di Eropa, 7 negara di Afrika, 7 negara di Timur Tengah, dan 18 negara di Asia Pasifik. Rencananya, perseroan akan memperluas jangkauan dengan menambah lima negara.
Hingga akhir 2015, Sritex menargetkan penjualan kotor tumbuh konservatif 7%-10% menjadi US$ 611 juta dari tahun lalu sebesar US$ 555 juta dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 11%-15% menjadi US$ 52 juta.
Sritex juga menyiapkan investasi sebesar US$ 100 juta untuk membangun satu unit pembangkit listrik (power plant) berkapasitas 70-75 megawatt di Sukohardjo, Jawa Tengah. Investasi pembangunan pembangkit listrik tersebut rencananya didanai dari sebagian perolehan dana obligasi yang akan diterbitkan perseroan tahun ini.
“Perseroan akan membangun satu unit pembangkit listrik berkapasitas 75 megawatt di Sukoharjo. Dengan pembangunan pabrik baru tersebut, diharapkan perseroan bisa melakukan penghematan hingga 20% terhadap total penggunaan biaya listrik,” kata Allan Moran Soverino, Direktur Keuangan Sritex.
Menurut Allan, pembangkit tersebut rencananya baru mulai dibangun pada tahun depan setelah perseroan memperoleh dana dari penerbitan obligasi atau surat utang.
Sebelumnya, perseroan melalui anak usahanya, PT Sinar Pantja Djaja (SPD), menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat senilai US$ 420 juta. Menurut manajemen perseroan, dana hasil penerbitan surat utang tersebut akan digunakan untuk refinancing, pembiayaan pembangunan pembangkit listrik, dan modal kerja.
Perseroan berencana menerbitkan global bond berjangka waktu lima tahun dengan tingkat suku bunga paling tinggi sebesar 10% per tahun. Nantinya, hasil penerbitan surat utang tersebut akan digunakan sebagai pembayaran pokok pinjaman sebagian utang, pendanaan pembangunan pembangkit listrik, serta penambahan modal kerja Sritex. Pembayaran utang dan pembangunan pembangkit listrik diharapkan mampu meningkatkan likuiditas serta kinerja Sritex.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: