Duniaindustri.com (September 2014) – PT Astra International Tbk (ASII) akan meningkatkan belanja modal (capital expenditure) pada tahun depan sebesar 10% hingga 20%. Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto mengatakan, pada tahun ini ASII menganggarkan belanja modal sebesar Rp 15 triliun hingga Rp 17 triliun, naik dari tahun lalu yang sebesar Rp 13 triliun.
Dengan begitu belanja modal ASII di tahun depan akan mencapai Rp 16,5 triliun hingga Rp 20,4 triliun. Belanja modal itu akan dibagi untuk enam lini bisnis ASII termasuk untuk pengembangan proyek infrastruktur. “Kami mengincar beberapa proyek yang menjanjikan sehingga belanja modal kemungkinan naik di tahun depan,” ujar Prijono di Jakarta, Rabu (19/7).
Dia menjelaskan, belanja modal tahun depan akan digunakan untuk menyelesaikan pembangunan ruas tol Kunciran-Serpong yang memiliki panjang 11,2 km. Jalan tol ini dikuasai ASII melalui PT Astratel Nusantara.
Tahun depan, ASII juga mengincar proyek pembangkit listrik mulut tambang di Sumatera Selatan senilai US$ 900 juta yang masih dalam proses tender. “Kami mencari proyek-proyek yang returnnya tinggi. Dari sisi pendanaan, juga masih punya ruang yang cukup besar untuk ekspansi,” kata dia.
Saat ini, ASII juga sedang membangun jalan tol Kertosono-Mojokerto di Surabaya sepanjang 40,5 km. Sesi satu sepanjang 14,7 km diharapkan bisa mulai beroperasi sebelum akhir tahun 2014.
Hingga Semester I 2014, ASII sudah menyerap belanja modal sekitar Rp 6,8 triliun atau 40% dari target belanja modal tahun ini. Dana itu sudah digunakan untuk menyelesaikan jalan tol Kertosono-Mojokerto, pembangunan pabrik minyak goreng di Mamuju, dan mengembangkan beberapa outlet untuk segmen otomotif.
Astra International membukukan kenaikan laba bersih sebesar 11% dari Rp 8,8 triliun menjadi Rp 9,8 triliun pada semester I 2014, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bersih Astra sepanjang enam bulan pertama tahun 2014 mencapai Rp 101,5 triliun, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun 2013 sebesar Rp 94,3 triliun, menurut laporan keuangan perusahaan yang diterima redaksi.
Laba bersih per saham mengalami kenaikan sebesar 11% menjadi Rp 242 per saham. “Bisnis Grup Astra mencatat hasil yang beragam pada semester pertama tahun 2014 ini, meskipun volume operasional masih tinggi. Kinerja keuangan hingga akhir tahun diperkirakan masih baik, walaupun kompetisi pada pasar mobil masih tinggi dan harga batu bara diperkirakan masih rendah,” ungkap Prijono Sugiarto.
Kegiatan Grup Astra fokus kepada enam lini bisnis inti, yaitu Divisi Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik dan Lainnya, serta Teknologi Informasi.
Laba bersih Divisi Otomotif turun sebesar 9% menjadi Rp 4 triliun. Walaupun permintaan kendaraan bermotor tetap baik di semester pertama tahun 2014, perang diskon yang masih berlanjut di pasar mobil memberikan dampak pada turunnya laba bersih. Kontribusi laba bersih dari bisnis grup komponen juga mengalami penurunan, menyusul turunnya kepemilikan saham Perseroan di Astra Otoparts dari 95,7% menjadi 80% pada kuartal kedua tahun 2013. Total penjualan mobil nasional meningkat sebesar 7% menjadi 642.000 unit. Penjualan mobil Grup Astra (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks dan Peugeot) mengalami kenaikan 4% menjadi 334.000 unit, dengan pangsa pasar menurun dari 53% menjadi 52%. Sepanjang semester pertama tahun 2014, Astra meluncurkan 11 model baru dan 7 model facelift.
Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional naik 7% menjadi 4,2 juta unit. Penjualan sepeda motor Honda keluaran PT Astra Honda Motor (AHM) naik 11% menjadi 2,6 juta unit, dengan peningkatan pangsa pasar dari 60% menjadi 62%. Di semester pertama tahun 2014 PT Astra Honda Motor meluncurkan 11 model facelift.
PT Astra Otoparts Tbk (AOP), perusahaan di bidang komponen otomotif yang 80% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume penjualan walaupun laba bersih mengalami penurunan sebesar 11% menjadi Rp 454 miliar disebabkan oleh turunnya margin manufaktur.
Laba bersih Divisi Jasa Keuangan mengalami kenaikan 15% menjadi Rp 2,5 triliun. Apabila tidak memperhitungkan keuntungan dari akuisisi 50% saham Astra Aviva Life, maka laba bersih Divisi Jasa Keuangan turun sebesar 5% menjadi Rp 2 triliun. Pertumbuhan yang kuat, terutama dari Federal International Finance, tertekan oleh penurunan kontribusi dari Asuransi Astra Buana.
Total pembiayaan melalui bisnis pembiayaan otomotif Astra meningkat 11% menjadi Rp 30,9 triliun, termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse. Sementara itu total kredit yang diberikan melalui pembiayaan alat berat mengalami penurunan 23% menjadi Rp 2 triliun akibat penurunan penjualan alat berat. PT Bank Permata Tbk yang 44,6% sahamnya dimiliki Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 800 miliar, mengalami penurunan sebesar 2%.
PT Asuransi Astra Buana (AAB), anak perusahaan yang bergerak di bidang asuransi mencatat penurunan laba bersih. Pertumbuhan yang kuat pada pendapatan premi kotor tertekan oleh penurunan kontribusi dari pendapatan investasi akibat adanya keuntungan pada kuartal pertama 2013 yang berasal dari penjualan kepemilikan reksadana.
Selama kuartal kedua, Perseroan telah menyelesaikan penjualan 25% saham di Astra Sedaya Finance kepada Bank Permata senilai Rp 2,2 triliun, dan menghasilkan laba Rp 1 triliun yang dibukukan langsung ke ekuitas.
Laba bersih Divisi Alat Berat dan Pertambangan naik 41% menjadi Rp 2 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan kenaikan pendapatan bersih sebesar 11% dan peningkatan laba bersih sebesar 42% menjadi Rp 3,3 triliun.
Pada segmen usaha mesin konstruksi, pendapatan bersih turun 1%, mencerminkan penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 10% menjadi 2.207 unit, namun penurunan pendapatan tersebut cukup tertahan oleh kenaikan pendapatan pada suku cadang dan jasa purna jual.(*)