Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Industri semen di Indonesia akan memasuki periode kritis pada 2015-2020 seiring dengan kelebihan pasokan (oversupply) dengan hadirnya pemain baru, pelemahan permintaan domestik, serta kelesuan perekonomian nasional. Perusahaan semen yang tidak mampu bersaing diperkirakan akan mengalami kemunduran drastis hingga terancam bangkrut.
“Periode 2015-2020 adalah periode survival, yang tidak kuat bersaing tidak akan survive,” kata Komisaris Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Mahendra Siregar seperti dikutip dari Bareksa.com.
Duniaindustri.com juga menilai persaingan produsen semen akan makin runcing dan sengit sehingga berpotensi menimbulkan perang harga untuk mempertahankan penjualan dan pangsa pasar. Hadirnya pemain baru di industri semen Indonesia telah berdampak pada kondisi oversupply di pasokan lokal. Hal itu bisa terjadi mengingat penjualan semen nasional periode Januari-Juli 2015 turun 4,12% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Duniaindustri.com mencatat setidaknya terdapat sekitar 9 pemain baru yang berminat berinvetasi di Indonesia dengan membangun pabrik baru (greenfield). Total investasi sembilan pemain baru di industri semen di Indonesia yang berencana membangun pabrik baru dengan nilai investasi total sekitar US$ 4,4 miliar. Investasi baru itu akan menambah kapasitas produksi semen nasional sebanyak 40,3 juta ton.
Pemain baru itu terdiri dari Siam Cement (Thailand) yang akan berinvestasi sekitar US$ 360 juta untuk membangun satu unit pabrik baru di Sukabumi, CNBM (China) dengan investasi US$ 350 juta yang akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru di Jawa Tengah serta beberapa investasi baru dari Anhui Conch Cement, Ultratech, Semen Puger, Semen Barru, Semen Panasia, dan Jui Shin Indonesia. Secara total investasi sembilan pemain baru tersebut sekitar US$ 4,4 miliar dengan tambahan kapasitas produksi sebanyak 40,3 juta ton di 2017 saat pabrik beroperasi.
“Beberapa produsen semen yang mulai merealisasikan investasi pembangunan pabrik baru tahun ini antara lain Semen Merah Putih di Banten dan Anhui Conch Semen di Kalimantan Selatan,” ujar Tuti Rahayu, Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian.
Koreksi Pasar
Penjualan semen nasional periode Januari-Juli 2015 turun 4,12% dibanding periode yang sama tahun lalu karena banyak proyek konstruksi dan properti terhenti akibat perlambatan ekonomi nasional. Mengacu data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen pada periode Januari-Juli 2015 tercatat sebanyak 31,34 juta ton. Volume penjualan ini turun ketimbang penjualan semen pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 32,69 juta ton.
“Penurunan penjualan terjadi karena hari kerja di bulan Juli 2015 relatif lebih pendek. Ditambah adanya Hari Raya Idul Fitri, membuat bulan Juli relatif sepi dari kegiatan konstruksi,” kata Widodo Santoso, Ketua ASI.
Widodo menyatakan, agar penjualan semen tahun 2015 ini bisa tumbuh, maka di sisa lima bulan mendatang, permintaan semen harus tumbuh di atas 5% per bulan. “Saya tetap optimistis permintaan semen lima bulan mendatang akan naik tajam,” kata Widodo.
Ada dua alasan Widodo kenapa memproyeksi ada kenaikan penjualan semen di semester II-2015 ini. Pertama, akan ada proyek infrastruktur yang akan digulirkan pemerintah. “Kedua, anggaran pemerintah daerah mulai dibelanjakan,” jelasnya.
Harapan kenaikan penjualan cukup penting bagi industri semen. Maklum, industri semen akan menambah kapasitas produksi tahun ini. Di antara perusahaan semen yang akan merealisasikan pabrik baru adalah; PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sebesar 1,7 juta ton per tahun, Semen Merah Putih dengan kapasitas 3 juta ton per tahun, dan Siam Cement Group (SCG) dengan kapasitas 1,8 juta ton.
Persaingan industri semen nasional akan semakin ketat ke depannya dengan masuknya 10 pemain baru yang akan membangun pabrik di sejumlah wilayah pada 2017. Adapun ke-10 pemain baru tersebut meliputi: Siam Cement (Thailand) di Sukabumi, Jawa Barat, Semen Merah Putih (Wilmar Grup) di Banten, Jawa Barat, Anhui Conch Cement (Tiongkok) di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Barat, Ultratech di Wonogiri, Jawa Tengah, Semen Puger di Jawa Timur, Semen Barru di Sulawesi Selatan, Semen Panasia di Sulawesi Selatan, Jui Shin Indonesia di Jawa Barat, Semen Gombong di Jawa Tengah, Semen Grobogan di Jawa Tengah.
“Persaingan dengan asing sangat ketat dan yang terberat adalah bagaimana kita bisa efisiensi dan pada akhirnya kita bisa berkompetisi dengan mereka,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Agung Wiharto.(*/berbagai sumber)
1. Detektif Industri
2. Datapedia Marketplace
3. Invest-with-Us
4. Share-to-sell
5. Share-to-buy
6. Download data industri