Duniaindustri (Juni 2011) — PT Semen Gresik Tbk, produsen semen nasional, mengincar penjualan di tahun 2011 sebesar Rp 15,77 triliun, naik 10% dari capaian di 2010 sebesar Rp 14,34 triliun. Pemimpin pasar semen di Indonesia itu mengaku siap mempertahankan dominasi melawan ekspansi dari produsen China maupun produsen lainnya yang berencana membangun pabrik di Pulau Jawa.
Direktur Utama Semen Gresik Dwi Soetjipto mengatakan, “Kami menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 10%.”
Pada tahun lalu, Semen Gresik meraup penjualan Rp 14,34 triliun. Angka tersebut turun dibandingkan penjualan tahun 2009 yang mencapai Rp 14,38 triliun. Semen Gresik mencetak pertumbuhan laba sebesar 9,3% menjadi Rp 3,63 triliun di akhir 2010 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,32 triliun.
Menurut Dwi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) semen itu tidak akan merevisi target kinerjanya seiring dengan rencana investasi China Triumph International Engineering Co Ltd (CTIEC), produsen semen China, untuk membangun pabrik baru di Jawa Tengah. Perusahaan pelat merah itu mengklaim siap untuk bersaing, baik dengan sesama produsen semen lokal maupun internasional. “Kami siap untuk menghadapi persaingan dengan adanya pemain-pemain baru, termasuk yang dari China,” jelasnya.
China Triumph International Engineering Co Ltd (CTIEC) dikabarkan menggandeng PT Semen Grobogan Semarang untuk pembangunan pabrik semen berkapasitas 6.000 ton per tahun. Investasi perusahaan China tersebut ditaksir senilai US$ 260 juta. Selain CTIEC, perusahaan China yakni Hangzhou Cement juga berencana akan merelokasi pabrik semen berkapasitas 2 juta ton dari Zhejiang, Tiongkok, ke Kabupaten Lebak, Banten, dengan nilai investasi US$ 700 juta.
Dari dalam negeri, Lafarge SA (produsen semen yang memegang saham terbesar di PT Semen Andalas) dan PT Semen Bosowa, produsen semen nasional, berminat membangun pabrik semen di Pulau Jawa, yang menjadi pasar semen terbesar di negeri ini. Rencana investasi kedua pabrikan semen itu akan memperketat persaingan di Pulau Jawa.
Namun, Lafarge SA belum menyebutkan nilai investasi di Pulau Jawa. Sementara PT Semen Bosowa berencana membangun cement mills (fasilitas produksi yang digunakan sebagai tempat penggilingan terakhir dalam pembuatan semen) senilai US$ 100 juta di Banyuwangi, Jawa Timur.
Data duniaindustri mencatat, Semen Gresik Group (PT Semen Gresik Tbk, PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa) menguasai 43% pasar semen nasional, disusul PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk yang memiliki pangsa 31% di pasar semen Indonesia, kemudian PT Holcim Indonesia Tbk dengan pangsa 14%, dan produsen lainnya seperti PT Semen Bosowa, PT Semen Andalas, PT Semen Baturaja sebesar 12%.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penjualan semen selama tahun 2010 sebesar 40,7 juta ton, naik 5% dibanding 2009 yang hanya 38 juta ton, dengan kontribusi terbesar masih di Pulau Jawa. Peningkatan penjualan ini disebabkan oleh stabilnya suku bunga perbankan serta realisasi proyek infrastruktur di berbagai daerah.
Tahun 2011, ASI menargetkan penjualan semen sebesar 43 – 44 juta ton atau naik sekitar 6% dibanding tahun 2010. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono mengakui, seluruh produsen semen domestik siap untuk menambah kapasitas guna mengantisipasi lonjakan permintaan.(Tim redaksi 01)