Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Sekitar 200 merek pakaian (fashion brand) dunia diproduksi di Indonesia, seperti Zara, Adidas, Nike, The North Face, Amer Group, Salomon, Arcteryx, Calvin Klein, dan H&M. Syaiful Bahri, Anggota Asosiasi Petekstilan Indonesia (API) bidang Data dan Informasi, menjelaskan potensi keterlibatan Indonesia dalam menghasilkan produk-produk ternama di dunia akan terus bertambah.
“Kemarin saya mendata sekitar 150 sampai 200 merek dunia diproduksi di Indonesia,” ujar Syaiful.
Dia menilai potensi keterlibatan Indonesia dalam menghasilkan produk-produk ternama di dunia akan terus bertambah. Menurut dia, dari total produk dengan merek terkenal di dunia juga masih bisa bertambah dari total yang ada saat ini. “Yang pakai Zara, itu produk asli sini, diproduksi di Indonesia,” tambahnya.
Menurut dia, pemerintah harus terus memberikan fasilitas dan juga dorongan kepada industri tekstil yang padat karya di Indonesia. “Bagaimana pemerintah merawat industri ini, jangan temen-temen kita sudah tanam kepercayaan malah tidak berdaya karena kondisi yang tidak kondusif,” tutupnya.
Ketua Umum Asoasiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menambahkan memang banyak produk fashion ternama asal luar negeri yang diproduksi di Indonesia. Namun, daya saing produsen-produsen asal Indonesia ini masih kalah dibandingkan negara lain.
“Semua produsen dalam negeri memproduksi produk yang sama, seperti untuk H&M, tapi memiliki kualitas produk berbeda-beda, seperti soal kebersihan atau kerapihan,” ujar Ade Sudrajat.
Dia menjelaskan, produsen pakaian di Indonesia ini biasanya mendapatkan order dari perusahaan fashion tersebut untuk membuat sebuah model pakaian yang ditentukan. “Tapi itu bukan hanya di Indonesia saja, di negara lain juga ada. Jadi kalau terjadi bencana di suatu negara, negara lain bisa men-support produk yang sama, meskipun secara volume berkurang. Karena perusahaan (fashion) itu kan kelas dunia, jadi butuh dukungan produk yang banyak,” lanjutnya.
Ade mencontohkan, merek seperti Zara yang diproduksi oleh produsen Citra Busana, Bogor atau merek Van Heusen yang diproduksi Metro Garmen, Bandung. “Ada jas untuk Hugo Boss diproduksi di Bandung, Calvin Klein juga di Bandung, H&M di Jawa Tengah, atau Uniqlo ada di Tangerang dan Majalengka. Mereka dapat order,” kata Ade.
Namun, produk-produk asal Indonesia masih harus bersaing dengan produk yang diproduksi di negara lain seperti dari China atau Vietnam. “Kami belum bisa mendominasi porsi pasar mereka. Misalnya dari omzet US$ 1 juta, US$ 500 ribunya berasal dari Vietnam dan China. Padahal secara harga, kita lebih kompetitif dibandingkan dengan China,” tandas Ade.
Garap 7 Merek Dunia
PT Pan Brothers Tbk (PBRX), emiten produsen garmen terintegrasi, selama ini menggarap pembuatan produk fashion terutama pakaian jadi (garmen) untuk tujuh merek dunia, yakni Mitsubishi, Adidas, The North Face, Amer Group (Arcteryx dan Salomon), serta Nike.
Pan Brothers menyiapkan dana hingga US$ 40 juta untuk belanja modal hingga akhir 2015. Menurut manajemen perseroan, anggaran belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pemeliharaan serta tambahan dana pembangunan dua pabrik Eco Smart di Boyolali, Jawa Tengah.
“Kami menganggarkan belanja modal US$ 5 juta – US$ 10 juta untuk maintenance dan US$ 30 juta untuk tambahan dua pabrik baru Eco Smart di Boyolali. Dana anggaran belanja modal tersebut berasal dari kas internal perseroan dan pinjaman sindikasi,” ujar Iswardeni, Corporate Secretary Pan Brothers.
Pan Brothers merupakan produsen garmen yang cukup agresif dalam pengembangan portofolio bisnisnya. Awal tahun lalu, perseroan melalui anak perusahaan yaitu PT Apperelindo Prima Sentosa (APS) telah mendirikan perusahaan joint venture bernama PT Mitra Busana Sentosa (MBS) dengan kepemilikan saham sebesar 51%. Perseroan optimistis langkah tersebut mampu mendorong perseroan untuk masuk ke segmen ritel seiring dengan kemampuan perseroan dalam memproduksi brand international dengan product development.
Pada pertengahan Februari lalu, perseroan juga telah mengakuisisi dua perusahaan garmen asal Semarang, Jawa Tengah, yakni PT Matrix Indo Global dan PT Maxmoda Indo Global. Akuisisi itu antara lain bertujuan untuk melengkapi jenis produk dan memperkuat daya saing perseroan di pasar.
“Tahun 2015 ini, kami belum ada rencana untuk akuisisi lagi, meski tidak menutup kemungkinan jika memang ada target yang menarik dan membentuk sinergi dengan perseroan,” ujar Iswardeni.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: