Latest News
You are here: Home | World | Waspada, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melambat Jadi 5,01%
Waspada, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melambat Jadi 5,01%

Waspada, Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III Melambat Jadi 5,01%

Duniaindustri.com (November 2014) – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2014 sebesar 5,01%, atau melambat dari kuartal II-2014 sebesar 5,12%.

Secara kumulatif, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sepanjang periode Januari-September 2014 atau dari kuartal satu sampai tiga 2014 tumbuh sebesar 5,11%.

“Perlambatan perekonomian global masih mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2014,” kata Kepala BPS Suryamin saat memberikan keterangan pers.

Dia mengatakan, ada dua negara yang juga mengalami perlambatan ekonomi di kuartal III-2014 yaitu Tiongkok yang tumbuh 7,8 persen dan Jepang 0,2 persen. Melambatnya perekonomian kedua negara tersebut berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia karena ekspor tertekan.

“Perekonomian Indonesia masih dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global, jika global melemah maka ekspor Indonesia tidak bisa diandalkan,” ujar dia.

Suryamin mengatakan dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih didorong sektor potensial. Pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 9,01 persen, sedangkan pertambangan dan penggalian melambat hanya tumbuh sebesar 0,13 persen.

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi rumah tangga 2,78 persen, konsumsi pemerintah 11,12 persen, pembentukan modal tetap bruto atau investasi sebesar 1,66 persen. Sedangkan ekspor barang dan jasa tumbuh 0,02 persen dan impor barang dan jasa turun menjadi 2,87 persen.

Suryamin mengatakan struktur perekonomian Indonesia di kuartal III-2014 masih didominasi pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 58,51 persen, Sumatera 23,63 persen, Kalimantan 8,21 persen, Sulawesi 4,97 persen dan pulau lainnya 4,68 persen.

Dihubungi terpisah, Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,0 persen.

Menurut dia, dari kuartal I hingga III 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus melambat. Diketahui, kuartal I-2014 tumbuh 5,2 persen, kuartal II  tumbuh 5,12 persen dan kuartal III tumbuh 5,01 persen. “Tidak ada yang berubah kondisi tetap sama, ekspor melemah jadi hingga akhir tahun perekonomian tumbuh 5,0 persen,” ujar Dosen Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Lana mengatakan untuk tahun depan perekonomian diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,3 persen, dan paling tinggi berada pada kisaran 5,6 persen.

Menurut dia, ada lima komponen pembentuk PDB yaitu, konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor dan impor. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan melambat tahun depan jika pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan hanya memberikan kontribusi 0,3 persen terhadap PDB. “Ekspor diperkirakan terus melambat karena kondisi global dan impor tetap sama dengan tahun ini,” kata dia.

Menurut Lana, faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan hanya investasi karena para investor berharap banyak terhadap regulasi yang diberikan Presiden Joko Widodo.

Proyeksi Bank Dunia

Bank Dunia kembali memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 ini. Ekonomi Indonesia, diperkirakan hanya tumbuh 5,2% pada 2014, lebih rendah ketimbang 2013 sebesar 5,8%.

Bank Dunia menilai, Indonesia yang masih mengandalkan ekspor komoditas, telah terpukul oleh penurunan harga komoditas. Akibatnya, konsumsi pemerintah lebih rendah dari perkiraan dan ekspansi kredit pun melamban. Meski demikian, konsumsi Indonesia sedikit terbantu dengan even lima tahunan.

“Ekonomi Indonesia didukung oleh konsumsi swasta yang kuat, seperti pengeluaran terkait pemilu,” jelas Bank Dunia dalam keterangan tertulis.

Bank Dunia menilai, jika pemulihan ekonomi global tersendat, kondisi keuangan global juga belum stabil atau ketegangan geopolitik internasional dan regional meningkat, maka prospek ekonomi di kawasan Asia juga akan meningkat.

“Cara terbaik bagi negara-negara di kawasan Asia untuk menangani risiko tersebut, adalah mengatasi kerentanan dan inefisiensi yang disebabkan oleh kebijakan moneter jangka panjang yang longgar dan stimulus fiskal, serta melengkapi langkah-langkah ini dengan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing ekspor,” jelas laporan tersebut.

Sementara, di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, langkah-langkah tertentu harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, pengurangan subsidi yang salah sasaran akan membantu menciptakan ruang untuk investasi meningkatkan produktivitas dan pengeluaran pengentasan kemiskinan.

Kendati pertumbuhan ekonomi belakangan ini cenderung melambat, pada kuartal kedua 2014 tercatat di 5,12 persen, namun pemerintah menegaskan tak akan mengubah asumsi pertumbuhan dalam RAPBN 2015.(*/berbagai sumber)