Latest News
You are here: Home | Agroindustri | Sinar Mas Group Bangun Pabrik Oleokimia Senilai US$ 400 Juta
Sinar Mas Group Bangun Pabrik Oleokimia Senilai US$ 400 Juta

Sinar Mas Group Bangun Pabrik Oleokimia Senilai US$ 400 Juta

Duniaindustri.com (Januari 2014) — Sinar Mas Group bakal mengembangkan bisnisnya di bidang industri kimia dasar organik di Kota Dumai, Provinsi Riau. Pabrik yang saat ini telah dibangun itu nantinya akan memproduksi produk-produk berupa fatty acid dan fatty alcohol.

Managing Director Sinar Mas Group Gandi Sulistiyanto menuturkan, pembangunan pabrik tersebut akan menalan dana investasi sebesar US$ 400 juta. Adapun seluruh dana investasi tersebut akan bersumber dari eksternal atau pinjaman perbankan. Namun sayangnya Gandi tidak menyebutkan dari bank mana pihaknya mendapatkan pendanaan tersebut. ”Seluruh dana investasi hasil pinjaman perbank. Banknya asing bukan bank lokal,” ujar Gandi, di Jakarta, kemarin.

Gandi merincikan penggunaan dana tersebut, sekitar US$ 100 juta untuk fatty acid dan sebesar US$ 300 juta digelontorkan untuk pabrik fatty alcohol. Menurutnya, proyek ini sudah berjalan dan diperkirakan akan siap beroperasi pada tahun 2015. ”Semuanya sudah berjalan proyeknya dan diperkirakan untuk fatty acid akan selesai di kuartal ke III tahun 2014. Sedangkan untuk yang alcohol akan siap beroperasi di kuartal ke III tahun 2015,” jelasnya.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), perusahaan perkebunan sawit, menyiapkan anggaran belanja modal untuk ekspansi sebesar Rp 1,1 triliun. Sebagian besar anggaran itu diperuntukkan bagi komoditas andalan, yakni sawit.

“Hingga Maret lalu, realisasi capital expenditure Rp 200 miliar. Core business kami di sawit masih yang paling banyak mendapat anggaran,” ujar Head of Investor Relation Sampoerna Agro, Michael Kesuma.

Sumber ekspansi tahun ini berasal dari kas internal. Sampoerna Agro sudah mendapatkan fasilitas pinjaman dari beberapa bank, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank BRI Tbk (BBRI), PT Bank UOB Indonesia, dan PT Bank DBS Indonesia. Standby loan yang diperoleh perusahaan mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Sampoerna Agro juga sedang memfinalisasi akuisisi lahan seluas 40 ribu hektare di Kalimantan Barat. Akuisisi lahan itu akan mendongkrak landbank perseroan yang saat ini mencapai 200.000 hektare.

Michael menuturkan harga tanah di Kalimantan Barat masih di bawah Rp 5 juta per hektare, sementara jika telah ditanami (brownfield) diperkirakan menyentuh kisaran Rp 100 juta per hektare.

PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) menyiapkan dana sebesar Rp1,8 triliun untuk melakukan ekspansi usaha berupa penanaman baru maupun pembangunan pabrik. Direktur Keuangan Jaya Agra Bambang S Ibrahim mengatakan, dana untuk investasi berasal dari sisa dana penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), penerbitan obligasi maupun pinjaman perbankan.

Sisa dana hasil IPO per akhir Desember 2011 sebesar Rp462,8 miliar. Sisa dana tersebut dialokasikan untuk anak usaha perseroan maupun perusahaan, baik untuk penanaman komoditas pertanian, pembangunan pabrik maupun peralatan operasional. Dana belanja modal tersebut sekitar 58% atau Rp284,2 miliar dialokasikan untuk penanaman karet dan sawit, serta 6%-7% atau Rp29,4 miliar-Rp34,3 miliar untuk akuisisi lahan baru dan sisanya akan dipakai untuk pembangunan pabrik dan lainnya.

Perseroan pada tahun ini akan melakukan ekspansi kebun dengan target penanaman baru karet seluas 4.500 hektare (ha) dan kelapa sawit 3.500 ha. Adapun, target akuisisi lahan kare maupun CPO perseroan pada tahun ini sekira 15.000 ha, yang berlokasi di Kalimantan.(*/berbagai sumber)