Latest News
You are here: Home | Agroindustri | Rupiah Lunglai di Atas Rp 14.560 per Dolar AS, Mau Dibawa Kemana?
Rupiah Lunglai di Atas Rp 14.560 per Dolar AS, Mau Dibawa Kemana?

Rupiah Lunglai di Atas Rp 14.560 per Dolar AS, Mau Dibawa Kemana?

Duniaindustri.com (Juli 2020) – Nilai kurs rupiah lagi-lagi menyedot perhatian khusus setelah melemah ke level Rp 14.566 per dolar AS pada akhir pekan lalu. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), pelemahan rupiah terjadi secara menerus sejak 24 Juni 2020 lalu.

Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), akhir pekan lalu kurs rupiah berada di posisi Rp 14.566 per dolar AS atau melemah dari posisi Rp 14.516 per dolar AS sehari sebelumnya. Kekhawatiran adanya ancaman gelombang kedua penyebaran Covid-19 di Indonesia dinilai ikut menciptakan sentimen penekan laju pelemahan kurs rupiah.

Meski demikian, posisi kurs rupiah saat ini bukanlah level terendah selama pandemi Covid-19. Pada Maret 2020, Rupiah sempat terperosok hingga Rp 15.712 per dolar AS. Saat itu, meningkatnya eskalasi dampak penyebaran virus corona (covid-19) secara terus-menerus di Indonesia berdampak negatif di pasar finansial domestik. Dalam waktu dua minggu terakhir dari 5 Maret 2020 hingga 19 Maret 2020 (14 hari), kurs rupiah anjlok 10,8% dari posisi Rp 14.141/US$ per 5 Maret menjadi level Rp 15.712/US$.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mengaku cukup optimis bahwa perekonomian Indonesia tahun 2020 tidak mengalami resesi di tengah pandemi Covid-19. Soalnya, sejumlah indikator perdagangan global termasuk ekspektasi masyarakat, mulai menunjukkan tanda perbaikan.

“Ini masih dini tapi menggambarkan kita tidak menuju suatu titik resesi sebagaimana dikhawatirkan banyak orang,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo dalam webinar Mengelola Disrupsi Teknologi Keuangan dan Perubahan Iklim di Jakarta, Jumat (3/7).

Menurut dia, berdasarkan survei BI sebelumnya indikator ekspektasi masyarakat pada Mei 2020 berada pada titik yang landai, namun ada harapan penurunannya akan berhenti. Artinya, lanjut dia, ekspektasi positif dan optimisme mulai tumbuh terhadap perbaikan ekonomi.

Indeks ekspektasi itu berada pada zona yang optimis dengan indeks 104,9, meski masih turun dibandingkan April 2020 mencapai 106,8. Data sementara lainnya, lanjut dia, perdagangan dunia yang mulai dibuka salah satunya di China sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Dampaknya, lanjut dia, indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) berdasarkan data HIS Markit pada Mei naik mencapai 28,6, membaik dibandingkan April 2020 mencapai 27,5. Sedangkan memasuki normal baru pada Juni 2020 kinerja PMI kembali terangkat menjadi 39,1.

“Risiko investasi relatif pada perlambatan tertahan yang menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur sudah mulai bergerak karena link dengan dibukanya ekspor ke China,” ucapnya.

Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 mencapai US$ 10,53 miliar atau surplus US$ 2,1 miliar dibandingkan impor US$ 8,44 miliar. Sebanyak 17,04% ekspor Indonesia menuju China dengan komoditas yang paling banyak diekspor di antaranya besi dan baja.

BPS sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 mencapai 2,97 persen atau menurun dibandingkan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen. Namun, untuk triwulan kedua tahun ini, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan merosot bahkan Kementerian Keuangan memproyeksikan mencapai minus 3,8 persen.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia membuat prediksi yang lebih seram. Kadim memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 akan terkontraksi hingga -6%. “Kami di Kadin berpendapat bahwasanya akan terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi antara -4 persen sampai -6 persen di kuartal II 2020,” kata Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani.

Apalagi, lanjut dia, mengingat progres stimulus penanganan Covid-19 masih sangat lambat. Penyerapan di berbagai bidang antara lain Kesehatan baru 1,54 persen, perlindungan sosial di 28,63 persen, insentif usaha 6,8 persen, UMKM 0,06 persen, Korporasi 0 persen dan sektoral pada 3,65 persen.

“Ini akan membuat tekanan terhadap pemulihan kesehatan, jejaring pengamanan sosial dan perekonomian menjadi lebih berat,” lanjut dia.

Menurut Rosan, lemahnya implementasi stimulus tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III kembali kontraksi di level pertumbuhan negatif sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi.(*/berbagai sumber/tim redaksi 07 & 10/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 186 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 186 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”