Latest News
You are here: Home | Elektronik | Produsen Elektronik Investasi Rp 1,2 Triliun, Serap 3.773 Tenaga Kerja Baru
Produsen Elektronik Investasi Rp 1,2 Triliun, Serap 3.773 Tenaga Kerja Baru

Produsen Elektronik Investasi Rp 1,2 Triliun, Serap 3.773 Tenaga Kerja Baru

Duniaindustri (Juni 2012) – Kementerian Perindustrian menyatakan hingga awal Juni 2012, investasi di sektor elektronik di dalam negeri mencapai Rp1,2 triliun dan menyerap 3.773 tenaga kerja baru.

“Dengan penambahan pabrik baru oleh beberapa produsen elektronik seperti Sharp, ada penambahan investasi sebesar Rp1,2 triliun. Hingga 2015, diperkirakan ada penambahan 1.500 tenaga kerja karena beberapa investor akan menanamkan modalnya di sektor elektronik,” kata Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi.

Menurut dia, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk Sharp sebesar 40% sehingga memberikan ruang bagi industri penunjang komponennya. “Sharp terus berkomitmen meningkatkan kandungan komponen lokal dan melibatkan 15 perusahaan industri penunjang komponen,” ujarnya.

Untuk mendorong pertumbuhan industri elektronik, pemerintah memberikan kemudahan dan insentif yang menarik bagi investasi. “Insentif untuk menarik investasi disektor elektronik berupa pengurangan pajak maupun bea masuk yang ditanggung pemerintah. Hal tersebut akan meningkatkan daya saing industri elektronik dalam negeri,” katanya.

Industri elektronik dalam negeri diharapkan menjadi bagian dari “supply chain” produk elektronik dunia. “Saat ini, terdapat 250 perusahaan yang menghasilkan produk elektronik dan komponen, pada periode 2010-2014 diharapkan rata-rata pertumbuhannya mencapai 10% per tahun dengan penyerapan tenaga kerja 387.000 orang,” ungkapnya.

Duniaindustri.com mencatat, sekitar sepuluh perusahaan elektronik terbesar di Indonesia berkompetisi memperebutkan pasar elektronik di Indonesia senilai Rp 83 triliun. Sepuluh perusahaan elektronik terbesar itu adalah, PT LG Electronics Indonesia, PT Samsung Electronics Indonesia, PT Panasonic Gobel Indonesia, PT Toshiba Visual Media Network Indonesia, PT Sharp Electronics Indonesia, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), PT Sanyo Sales Indonesia, PT Maspion Group, PT Istana Argo Kencana (Sanken), PT Midea Electronics Indonesia.

Tim redaksi duniaindustri.com mengolah data berbagai sumber untuk mengetahui nilai penjualan 10 perusahaan elektronik terbesar tersebut. Dari 10 perusahaan elektronik tersebut, 4 berasal dari Jepang, 2 berasal dari Korea Selatan, 3 berasal dari Indonesia, dan 1 dari China.

Data dari berbagai sumber menyatakan, PT Sharp Electronics Indonesia, produsen elektronik asal Jepang, meraup penjualan tahun fiskal 2010-2011 sebesar Rp 5,5 triliun. PT LG Electronics Indonesia mencatatkan penjualan sebesar Rp 5,2 triliun sepanjang 2010. Sementara PT Samsung Electronics Indonesia memperkirakan omzet penjualan sekitar Rp 5 triliun di 2006.

PT Panasonic Gobel Indonesia (PGI) menargetkan penjualan melonjak sebesar 32% menjadi Rp 5,28 triliun di 2011 dibandingkan 2010. “Kenaikan penjualan itu kalau dari nilainya tahun 2010 sekitar Rp 4 triliun, sedangkan target penjualan tahun 2012 sebesar Rp 10 triliun,” ujar Ichiro Suganuma, Presiden Direktur Panasonic Gobel Indonesia, belum lama ini.

PT Toshiba Visual Media Network Indonesia meraih penjualan di Indonesia rata-rata mencapai US$ 280 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun per tahun. Dari jumlah itu, US$ 250 juta (sekitar Rp 2,25 triliun) merupakan hasil ekspor ke mancanegara dan US$ 30 juta (sekitar Rp 270 miliar) hasil penjualan di pasar dalam negeri.

PT Sanyo Sales Indonesia menargetkan penjualan sebesar Rp 2 triliun pada 2010 di pasar Indonesia. “Pertumbuhan pasar Indonesia cukup potensial bagi Sanyo,” kata Presiden Direktur PT Sanyo Sales Indonesia (SSI) Toshihide Miyamoto.
PT Hartono Istana Teknologi, produsen elektronik bermerek Polytron, menargetkan penjualan hingga Rp 2,5 triliun pada 2011 atau naik 25% dari penjualan 2010 sebesar Rp 2 triliun.

Sedangkan PT Maspion Group meraup penjualan produk elektronik rumah tangga seperti kipas angin untuk pasar domestik sebesar Rp 1,51 triliun, dan penjualan ekspor sebesar Rp 435,68 miliar.

PT Istana Argo Kencana, produsen elektronik merek Sanken, mampu meraih penjualan di atas Rp 250 miliar. PT Midea Electronics Indonesia, produsen elektronik asal China, menargetkan penjualan pada 2011 senilai Rp 200 miliar.

Pasar Elektronik RI

Growth From Knowledge (GfK) Indonesia, lembaga riset produk elektronik, mencatat, nilai pasar dari 40 tipe produk elektronik di Indonesia sepanjang 2010 mencapai Rp 83 triliun atau naik 17% dari 2009. Account Manager GfK Indonesia Grace Maringka sebelumnya mengatakan, secara umum, konsumen mulai mengubah pola konsumsi (lebih mempertimbangkan kualitas) pada saat income per kapita mencapai US$ 3.000.

“Berdasarkan riset GfK di lebih dari 40 tipe produk elektronik, lebih dari 40% nilai pasar dikontribusikan oleh alat telekomunikasi, yaitu mobile phone dan smartphone. Dunia digital semakin dekat dengan kehidupan kita,” katanya.

Menurut riset GfK, lebih dari 80% produk elektronik yang terjual berada di kisaran harga di bawah Rp 2 juta, mencerminkan daya beli konsumen Indonesia.
Sedangkan Wakil Sekjen Gabel Yeane Keet mengatakan, nilai penjualan elektronik nasional diperkirakan tembus Rp 27-28 triliun pada 2011. Omzet penjualan itu naik 15-20% dibandingkan 2010. “Produk elektronik seperti TV LCD, AC, dan mesin cuci tetap paling diminati dan mencuri perhatian konsumen,” kata dia.

Ketua Umum Klub Pemasar Elektronik (Electronic Marketer Club/EMC) Iffan Suryanto menilai, beberapa faktor akan menunjang prospek positif untuk pertumbuhan pasar elektronik pada 2011. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bagus dibandingkan 2010, mata uang rupiah terus menguat terhadap dolar AS, dan inflasi masih terukur kurang lebih 6%.(*)