Latest News
You are here: Home | Kimia | Omzet Industri Kemasan Plastik Diestimasi Rp 72,8 Triliun
Omzet Industri Kemasan Plastik Diestimasi Rp 72,8 Triliun

Omzet Industri Kemasan Plastik Diestimasi Rp 72,8 Triliun

Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Omzet industri kemasan plastik di Indonesia tahun ini diestimasi mencapai Rp 72,8 triliun, meningkat 4% dibanding tahun lalu Rp 70 triliun, menurut data asosiasi industri. Proyeksi pertumbuhan itu telah dikoreksi turun dari target semula 8%, seiring perlambatan perekonomian nasional serta depresiasi kurs rupiah yang berkelanjutan.

Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia (Indonesian Packaging Federation/IPF), menjelaskan produsen industri kemasan mengaku pesimistis dengan target pertumbuhan yang ditetapkan awal tahun ini, yakni 8%. “Kami pesimistis target pertumbuhan tahun ini sebesar 8% dapat tercapai dengan turunnya permintaan serta nilai tukar rupiah yang mengerek ongkos produksi,” paparnya.
Karena itu, lanjut dia, asosiasi industri kemasan merevisi turun target pertumbuhan menjadi hanya berkisar 3%-4% dari tahun lalu.

Dia menjelaskan selama ini pemilik merek yang membutuhkan kemasan mengontrak pemesanan untuk jangka waktu minimal satu tahun. Namun dengan lesunya konsumsi pasar domestik, pelaku industri tersebut menurunkan produksi dan berdampak pada kontrak pada industri pengemasan yang saat ini hanya dipesan untuk jangka waktu tiga bulan hingga enam bulan.

“Biasa brand owner pesannya jangka panjang, sudah ditentukan harga. Tapi dengan nilai tukar seperti ini kan perlu penyesuaian. Dulu kami berani stok bahan baku karena akan dipesan lagi. Sekarang karena dolar fluktuatif, tidak berani lagi,” ujarnya.

Saat ini masih banyak bahan baku yang diimpor seperti biji plastik yang 50% diimpor, kaleng dengan standar tertentu. Adapun bahan baku yang tersedia sepenuhnya di dalam negeri seperti kertas dinilai masih mahal.

Selain itu, lanjut dia, banyak juga pesanan kemasan yang lari keluar negeri. Misalnya seperti kemasan premium maupun jenis produk lain yang dipesan dalam jumlah yang sedikit.

“Mesin kita pada umumnya memang untuk yang produksi dalam jumlah banyak, misalnya untuk minimal pemesanan 500.000 unit, yang dibutuhkan hanya 20.000 unit. Tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan,” ujarnya.

Di sisi lain, mahalnya biaya logistik dan distribusi menaikkan biaya produksi hingga 40%. Jika dibandingkan negara sekawasan seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, ongkos logistik hanya berkisar 12%. Akibatnya, konsumen pengemasan menurunkan porsi biaya untuk spesifikasi kemasan seperti penggunaan varian warna.

Tambah Ekspansi
PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk (DAJK), produsen industri kemasan, menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure) tahun ini sebesar Rp 900 miliar. Anggaran belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pembangunan pabrik di Subang, Jawa Barat, dan rencana akuisisi dua perusahaan.

Witjaksono, Direktur Bussiness Development Dwi Aneka, mengatakan tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 900 miliar yang berasal dari pinjaman perbankan dan kas internal. “Alokasi belanja modal tahun ini sebesar Rp 550 miliar untuk rencana pembangunan pabrik di Subang dan sebesar Rp 125 miliar untuk mengakuisisi perusahaan sejenis yang memiliki divisi usaha flexible packaging dan offset printing. Selain itu, kami mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 225 miliar untuk mengakuisisi perusahaan dengan divisi usaha stationery. Kami saat ini juga tengah menjajaki pinjaman sindikasi maupun personal existing bank untuk pendanaan tersebut,” kata dia.

Dia mengatakan perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal sebesar Rp 550 miliar untuk pembelian tanah, bangunan, dan mesin untuk pembangunan pabrik baru di Subang yang direncanakan dimulai pada akhir tahun ini dan ditargetkan selesai dalam 1,5 tahun. Perseroan berencana membangun pabrik seluas 30-40 hektare secara bertahap. Dana pembangunan pabrik tersebut berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. Pabrik baru di Subang itu nantinya digunakan untuk anak usaha baru perseroan bernama PT Inpack Subang Perkasa (ISP).

Hingga saat ini perseroan telah memiliki tiga pabrik yang berlokasi di Tangerang. Hingga akhir tahun lalu, ketiga pabrik tersebut memiliki total kapasitas terpasang sebesar 83.000 ton per tahun. Sedangkan total kapasitas terpakai untuk ketiga pabrik tersebut sebesar 74.700 ton per tahun.
Rencananya, perseroan akan menambah dua lini mesin corrugated carton di pabrik baru di Subang. Total kapasitas terpasang untuk kedua mesin tersebut sebesar 10.000 ton per bulan. Artinya, apabila pabrik baru tersebut telah beroperasi, perseroan dapat meningkatkan kapasitas terpasang sebesar 203.000 ton per tahun.

Tahun ini, perseroan juga berencana membentuk dua anak usaha lainnya yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa, yakni PT DAJK Portal Indonesia dan PT DAJK Distributor Indonesia yang bergerak di bidang distribusi perdagangan dan ekspor impor perdagangan.

Selain itu, perseroan merambah pasar ritel sebagai strategi tahun ini untuk menciptakan penetrasi yang lebih besar lagi untuk pasar yang sudah ada saat ini. Strategi merambah pasar ritel diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada penjualan secara konsolidasi 5%-10% dari total penjualan tahun ini.(*/berbagai sumber)

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo