Latest News
You are here: Home | Kimia | Necara Supply-Demand Methanol Masih Timpang, 67% Kebutuhan Masih Andalkan Impor
Necara Supply-Demand Methanol Masih Timpang, 67% Kebutuhan Masih Andalkan Impor

Necara Supply-Demand Methanol Masih Timpang, 67% Kebutuhan Masih Andalkan Impor

Duniaindustri.com (Maret 2021) – Industri methanol di dalam negeri masih mencatatkan neraca supply-demand yang timpang, mengingat tingginya tingkat kebutuhan yang tidak seimbang dengan produksi lokal. Dari sekitar 2 juta ton market demand, hanya bisa dipasok 660 ribu ton dari produksi lokal, sisanya masih mangandalkan impor.

Produsen tunggal terbesar methanol di Indonesia saat ini adalah PT Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur, yang merupakan anak usaha Sojitz Corporation asal Jepang. Pabrik KMI tersebut berkapasitas produksi 660.000 metrics ton per tahun. “Dengan kebutuhan methanol di dalam negeri yang mencapai sekitar dua juta ton, pembangunan pabrik methanol baru amat dibutuhkan,” jelas Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.

Bahan baku methanol sangat dibutuhkan antara lain dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood. Metanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas. Selain itu, methanol juga merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel. “Di tahun 2020, permintaan akan methanol juga meningkat dengan penerapan mandatory biodiesel B30,” ujar Menperin.

Merespons hal itu, raksasa kimia asal Jepang, yakni Sojitz Corporation, berminat untuk menambah investasinya di Indonesia guna pengembangan methanol dan ammonia di Kawasan Industri Teluk Bintuni. Minat investasi itu disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungan kerja ke Tokyo, Jepang. Menyambut minat investasi itu, Kementerian Perindustrian mendukung pengembangan industri methanol di Indonesia. Hal ini berangkat dari kebutuhan methanol yang semakin meningkat. Pasalnya, industri methanol memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan industri di hilirnya.

Dalam kunjungan kerja ke Tokyo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Duta Besar LBBP RI-Jepang, Heri Akhmadi, bertemu dengan perusahaan industri kimia Sojitz Corporation untuk membahas pengembangan industri methanol di Indonesia. “Dalam pertemuan tadi, Sojitz menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan industri methanol dan ammonia di Kawasan Industri Teluk Bintuni yang akan menyerap investasi sekitar US$ 5 miliar,” ujar Menperin di Tokyo, kemarin.

Pada pertemuan dengan Presiden dan CEO Sojitz Corporation Mr. Fujimoto Masayoshi, Menperin menyampaikan bahwa proyek Bintuni masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga akan memperoleh kemudahan serta berbagai insentif dari Pemerintah. “Proyek petrokimia di Teluk Bintuni akan menjadi yang terbesar dengan luas sekitar 2.000 hektare. Kami akan membahasnya lebih lanjut pada kunjungan selanjutnya di bulan Mei mendatang,” jelasnya.

Guna merealisasikan proyek pembangunan pabrik methanol kedua tersebut, diperlukan dukungan penuh kedua pemerintah dalam pengembangan industri petrokimia di Bintuni. Kawasan industri ini dikembangkan secara multiyear dengan menggunakan KPBU (Kerjasama Pemerintah Badan Usaha).

Pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut ditargetkan bisa dilaksanakan pada tahun ini dan dilanjutkan pembangunan pabrik-pabrik pada 2022, sehingga bisa mulai berproduksi pada 2024.

Pada kesempatan tersebut, Menperin juga mengundang Sojitz untuk berinvestasi pada industri soda ash sebagai hilirisasi dari ammonia, disamping sebagai pengurangan emisi CO2 pada pembakaran batubara yang akan dikembangkan oleh Sojitz. “Pemerintah akan memberikan insentif tertentu bagi industri pioner seperti soda ash,” ujar Menperin.(*/tim redaksi 08 & 10/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 223 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 223 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Atau simak video berikut ini: