Latest News
You are here: Home | transportasi | Menko Rizal Ramli Bentrok dengan Menteri BUMN soal Garuda
Menko Rizal Ramli Bentrok dengan Menteri BUMN soal Garuda

Menko Rizal Ramli Bentrok dengan Menteri BUMN soal Garuda

Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Menteri baru Rizal Ramli yang saat ini menduduki Menko Maritim terlibat perang argumen (bentrok) dengan Menteri BUMN Rini Soemarno terkait pembelian pesawat Airbus A350 oleh PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Menanggapi permintaan pembatalan pembelian pesawat tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno mengisyaratkan tidak boleh ada pihak yang mencampuri urusan bisnis Garuda Indonesia.

Menurut Rini, selain Menko Perekonomian, dengan posisi bahwa Kementerian Keuangan bertindak selaku pemegang saham perusahaan milik negara, dan Kementerian BUMN sebagai kuasa pemegang saham, tidak boleh ada menteri yang mencampuri urusan bisnis Garuda.
“BUMN itu (Garuda) jelas di bawah Kemenko Perekonomian, bukan di bawah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Jadi, jangan ada yang mencampuri Garuda di luar Kemenko Perekonomian,” kata Rini.

Hal itu diungkapkan Rini untuk menanggapi pernyataan Menko Kemaritiman Rizal Ramli yang mendesak agar Garuda Indonesia membatalkan penambahan pesawat. Dia mengaku telah menggagas pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia.

“Minggu lalu, saya ketemu Presiden Jokowi. Saya bilang, Mas, saya minta tolong layanan diperhatikan. Saya tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena sebulan yang lalu beli pesawat dengan pinjaman US$ 44,5 miliar dari China Aviation Bank untuk beli pesawat Airbus A350 sebanyak 30 unit. Itu hanya cocok untuk Jakarta-Amerika dan Jakarta-Eropa,” ujar Rizal Ramli.

Menurut dia, rute internasional yang akan diterbangi oleh Garuda Indonesia tidak menguntungkan. Pasalnya, saat ini, maskapai di kawasan ASEAN yang memiliki rute internasional ke Amerika Serikat dan Eropa, yaitu Singapore Airlines, punya kinerja keuangan yang kurang baik.
Rizal beralasan tidak ingin Garuda bangkrut lagi karena membeli pesawat itu dengan menggunakan pinjaman luar negeri senilai US$ 44,5 miliar, sementara Airbus A350 hanya cocok untuk penerbangan ke Amerika dan Eropa.

Dia membuktikan pengalaman Garuda yang menerbangi rute internasional Jakarta-London hanya dengan tingkat isian 30 persen sehingga memicu kerugian berkepanjangan.

Pertanyakan Argumen
Menteri BUMN Rini mengaku belum mendengar secara langsung pernyataan Menko Kemaritiman Rizal Ramli itu. “Apa dasarnya (Rizal Ramli) bicara seperti itu? Apa dasarnya cancellation (pembatalan) itu? Saya rasa, janganlah bicara tanpa dasar. Segala sesuatunya, bicara, itu harus dengan dasar atau jangan sembarangan,” kata Rini.
Dia menjelaskan, Garuda adalah perusahaan publik yang harus bertanggung jawab kepada masyarakat luas. “Apa-apa yang akan dilakukan di Garuda tentu tidak bisa langsung diputuskan begitu saja. Harus ada dasar atau tidak sembarangan dalam bicara,” kata Rini.

Sebelumnya, Garuda di acara Paris Air Show 2015 menyatakan minatnya membeli 30 pesawat baru Airbus A350. Garuda telah mendapat komitmen pendanaan US$ 4,5 miliar dari BOC Aviation, anak usaha Bank of China. Penandatanganan kesepakatan antara Direktur Utama Garuda M. Arif Wibowo dan Managing Director and CEO BOC Aviation Robert Martin disaksikan langsung oleh Menteri Negara BUMN Rini Soemarno di sela-sela acara Paris Air Show di Le Bourguet, Paris. “Garuda sudah bisa mencari pendanaan sendiri,” ujar Rini.

Namun, perlu dicatat bahwa pinjaman ini akan menggelembungkan utang Garuda. Maskapai pelat merah ini sudah memiliki utang yang cukup besar. Per kuartal I-2015, rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) Garuda sudah mencapai 1,5 kali. Angka ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 1,1 kali. Jika ditambah utangĀ  US$ 4,5 miliar ini, maka rasio utang Garuda bakal membengkak sampai 6,65 kali.(*/berbagai sumber)