Latest News
You are here: Home | Agroindustri | Kampanye Negatif Iceland Co Diskreditkan Minyak Sawit
Kampanye Negatif Iceland Co Diskreditkan Minyak Sawit

Kampanye Negatif Iceland Co Diskreditkan Minyak Sawit

Duniaindustri.com (April 2018) – Jaringan supermarket Inggris, UK Iceland Co, dinilai bertindak diskriminatif terhadap industri kelapa sawit Indonesia dengan melakukan kampanye penghentian penggunaan minyak sawit pada merknya di akhir 2018. Tindakan tersebut berpotensi mendiskreditkan citra positif kelapa sawit secara global serta menyesatkan konsumen, sekaligus menjadi kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit di dunia.

Atas dasar itu, Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC) atau Dewan Negara Produsen Kelapa Sawit yang beranggotakan 10 negara memprotes kebijakan UK Iceland Co karena dinilai diskriminatif dan mendiskreditkan citra positif kelapa sawit di Eropa. Protes tersebut dilayangkan Direktur Eksekutif CPOPC Mahendra Siregar kepada Managing Director Iceland Foods Ltd, Richard Walker, dalam suratnya pada pertengahan April 2018.

Mahendra Siregar menyatakan CPOPC menilai kebijakan UK Iceland Co akan menyesatkan konsumen secara global. Perlu disadari, produktivitas minyak sawit terbukti menjadi minyak nabati yang paling berkelanjutan dan faktor kunci untuk melindungi lahan global terutama karena permintaan minyak nabati terus tumbuh. Misalnya, rape seed menghasilkan 0,3 ton minyak per hektar, kedelai dan bunga matahari 0,6 ton per hektare, dibandingkan dengan minyak sawit yang sekarang berproduksi di kisaran 6 ton per hektare.

“Karena itu, kampanye penghentian penggunaan minyak sawit oleh Iceland Co justru akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan baru yang lebih besar untuk menggantikan jumlah lahan pertanian kelapa sawit yang sama, yang tidak mungkin dalam skala global apalagi di Eropa. Dari perspektif negara produsen minyak sawit, inilah yang kami anggap sebagai sifat diskriminatif yang justru menyebabkan degradasi tanah yang parah, perusakan flora dan fauna, pencemaran air tanah dan lautan, serta peningkatan emisi CO2 dari penggunaan lahan alternatif,” ujar Mahendra.

Selain faktor-faktor di atas, menurut dia, kampanye penghentian penggunaan minyak sawit oleh Iceland Co juga akan memicu konsumsi air yang lebih besar. Sebab, produksi minyak sawit terbukti menghemat lebih banyak air dibanding minyak nabati lainnya.

Iceland Co merupakan salah satu jaringan supermarket terbesar di Eropa dengan total jumlah gerai mencapai 857 unit di seluruh Eropa, mayoritas di Inggris. Iceland Co juga memproduksi dan menjual makanan beku, termasuk makanan siap saji dan sayuran. Perusahaan ritel ini memiliki sekitar 2,2% pangsa pasar makanan di Inggris.

“Kami percaya bahwa CPOPC dan UK Iceland dapat berbagi kepedulian yang sama terhadap lingkungan. Tentu saja, negara-negara penghasil kelapa sawit ingin melindungi warisan alam mereka sendiri selama beberapa generasi yang Anda sebutkan sebagai permata mahkota planet kita,” ucap Mahendra.

Dia menegaskan upaya yang dilakukan untuk mencapai keberlanjutan dalam minyak sawit cukup besar. Presiden Indonesia Joko Widodo sedang memelopori kampanye penanaman kembali varietas kelapa sawit unggul di lahan pertanian yang ada untuk mendukung petani kecil dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan mereka, sementara tidak memperluas lahan pertanian.

“Anda menyebutkan kunjungan terakhir Anda ke Indonesia, dan CPOPC memahami bahwa masih ada pekerjaan yang sedang berlangsung tentang keberlanjutan, tetapi kami dengan hormat menekankan perlunya menyeimbangkan narasi. Penting juga untuk diingat bahwa minyak sawit telah meningkatkan mata pencaharian puluhan juta petani kecil dan pekerja di lebih dari 12 negara di seluruh dunia. Dalam hal ini, negara-negara penghasil kelapa sawit berkomitmen penuh terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2030, untuk menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan sosial dengan masalah lingkungan,” tuturnya.

Di sisi lain, Mahendra mempertanyakan kebijakan UK Iceland Co yang mendengarkan 85% konsumen bahwa mereka menentang penggunaan minyak sawit. “Saya tidak terkejut dengan angka ini mengingat kampanye bersama di Uni Eropa yang memilih untuk membedakan minyak sawit dari minyak nabati lainnya. Namun, CPOPC menganggap bahwa klaim yang dibuat terhadap minyak sawit menyesatkan konsumen atas manfaat lingkungan dari minyak nabati lainnya, dan jaringan ritel (supermarket) di seluruh Uni Eropa harus mengingat hal ini,” paparnya.

Mahendra menegaskan tindakan UK Iceland Co yang menghentikan penggunakan kelapa sawit tidak akan mencapai tujuan. Pasalnya, pasokan minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa terus menurun. “Patut dipertanyakan tindakan UK Iceland Co apakah akan mencapai tujuan yang dicari? Karena pasokan minyak sawit Indonesia ke UE terus menurun dari sekitar 75 persen pada tahun 1990 menjadi 18 persen pada tahun 2017, mengingat permintaan domestik dan regional di negara-negara berkembang meningkat,” ucapnya.

Dia menerangkan CPOPC mengakui bahwa ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai dan mempromosikan keberlanjutan lebih lanjut untuk minyak sawit. “Tetapi kami juga percaya bahwa bukan maksud dari UK Iceland untuk melemahkan upaya saat ini yang sedang dilakukan. Karena itu saya berharap mengundang Managing Director Iceland Foods Ltd, Richard Walker,untuk bertemu CPOPC untuk melihat bagaimana dapat bekerja sama di masa depan,” katanya.(*/tim redaksi 05 & 02)

Riset Peta Persaingan Industri Semen

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube