Latest News
You are here: Home | Makanan & minuman | Indofood Akuisisi Air Minum Kemasan Merek Club Senilai Rp 2,2 Triliun
Indofood Akuisisi Air Minum Kemasan Merek Club Senilai Rp 2,2 Triliun

Indofood Akuisisi Air Minum Kemasan Merek Club Senilai Rp 2,2 Triliun

Duniaindustri.com (November 2013) — PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), melalui anak usaha PT Tirta Makmur Perkasa (TMP) dan PT Tirta Sukses Perkasa (TSP), mengakuisisi 22 perusahaan yang tergabung dalam kelompok usaha Grup Tirta Bahagia yang bergerak di bidang industri air minum dalam kemasan dengan merek dagang CLUB senilai Rp 2,2 triliun.

Direktur Utama ICBP Anthoni Salim menyebutkan, TMP dan TSP merupakan entitas patungan antara antara PT Multi Bahagia dengan PT Asahi Indofood Beverage Makmur dan PT Indofood Asahi Sukses Beverage yang merupakan entitas patungan antara Asahi Group Holdings Southest Asia Pte Ltd dan ICBP. “Kemungkinan transaksi dapat selesai selambat-lambatnya pada akhir kuartal pertama tahun 2014,” kata Anthony dalam siaran pers.

Perjanjian ini dilaksanakan sehubungan dengan rencana pembelian aset yang terkait dengan manufaktur, pemasaran dan distribusi serta kemasan produk AMDK. Aset yang akan diambilalih, antara lain tanah, bangunan, mesin, kendaraan, furnitur & fixture, inventory serta merek dagang.

Nilai Rp2,2 triliun tersebut akan dibiayai dari dana internal dari pinjaman bank. Transaksi ini akan diselesaikan setelah terpenuhinya kondisi yang dipersyaratkan antara lain pelepasan aset sebagai jaminan utang serta diperolehnya semua persetujuan dan izin yang diperlukan oleh kedua pihak. “Kami sangat antusias dengan akuisisi ini karena akan mempercepat ICBP dalam memasuki pasar AMDK yang merupakan segmen terbesar di industri minuman non alkohol di Indonesia,” tegas Anthoni.

Ekspansi yang dilakukan Indofood dengan memakai dana pinjaman itu  menyebabkan tingkat liabilitas emiten Grup Salim itu membengkak. Hal tersebut sejatinya sudah terlihat dalam laporan kinerja kuartal III 2013. Total liabilitas Indofood CBP naik 36,76% menjadi Rp 7,18 triliun.

Nirgunan Tiruchelvam, analis Standard Chartered dalam risetnya juga melihat, rasio utang terhadap EBITDA ICBP di tahun ini masih sebesar 0,3 kali. Karena itu, ICBP masih punya banyak ruang untuk mendanai ekspansi melalui pinjaman.

Upaya Indofood merambah bisnis air minum kemasan merupakan hal baru seiring gencarnya ekspansi grup Salim tersebut. Air minum kemasan dipilih karena pasar air minum dalam kemasan memiliki pangsa pasar terbesar untuk segmen minuman non-alkohol. “Pangsa pasar komoditas ini sekitar 30% dari seluruh pasar minuman,” tuturnya.

Pasar minuman ringan pada 2013 diprediksikan tumbuh 10%-11% menjadi Rp 326,7 triliun-Rp 329,6 triliun dibanding 2012, menurut asosiasi industri. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan volume konsumsi.

Peningkatan pendapatan akan mendorong konsumsi per kapita lebih besar dibanding tahun lalu. Minuman ringan mencakup minuman teh siap saji, susu olahan, minuman berkarbonasi, hingga minuman isotonik.

Pertumbuhan nilai penjualan tahun ini juga disebabkan kenaikan harga jual hingga 17% akibat peningkatan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi antara lain karena kenaikan upah buruh serta tarif energi listrik dan gas.

Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) memperkirakan penjualan air minum kemasan di 2013 tumbuh 11%-15% menjadi 21,9 miliar liter-22,7 miliar liter dibandingkan proyeksi tahun lalu sebesar 19,8 miliar liter. Kenaikan itu ditopang pertumbuhan permintaan seiring kenaikan konsumsi air minum kemasan.

“Air minum kemasan saat ini telah menjadi salah satu kebutuhan pokok di masyarakat, tidak seperti beberapa tahun yang lalu,” kata Rembang Kayo, Sekretaris Jenderal Aspadin. Pertumbuhan penjualan di 2013 juga didukung ekspansi yang dilakukan sejumlah produsen sejak tahun lalu.

“Dengan adanya ekspansi, wilayah penjualan air minum kemasan akan semakin meluas,” kata Rembang. Meski demikian, konsumsi air minum kemasan masih akan dominan di Pulau Jawa, sesuai kondisi demografis Indonesia.

Ekspansi Produsen

Proyeksi pertumbuhan konsumsi tahun ini telah diantisipasi sejumlah produsen dengan melakukan ekspansi sejak tahun lalu. Tujuh produsen makanan dan minuman serta farmasi tercatat melakukan ekspansi dan akuisisi di industri minuman sejak tahun lalu.

Ketujuh produsen yang melakukan ekspansi dan akuisisi di sektor minuman adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Kalbe Farma Tbk, PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk, PT ABC President Indonesia, PT Sinar Sosro, dan PT Nestle Indonesia. Tujuan ekspansi dan akuisisi itu untuk menangkap peluang pertumbuhan penjualan serta meningkatkan pangsa pasarnya.

Kalbe Farma berekspansi bisnis minuman ringan dengan mengakuisisi 100% saham Hale International, produsen minuman jus siap saji, senilai Rp 100 miliar.

Persaingan di industri air minum kemasan juga akan diramaikan dengan rencana masuknya perusahaan patungan antara PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan Asahi Group Holdings Southeast Asia Pte Ltd asal Jepang.

Indofood CBP dan Asahi membentuk dua perusahaan patungan untuk membangun pabrik minuman non-alkohol dan memasarkannya di Indonesia dengan investasi awal sebesar Rp 1,8 triliun-Rp 2 triliun. Kerja sama patungan Indofood CBP dan Asahi akan masuk ke pasar air mineral dan minuman teh.

“Kerja sama patungan itu seiring potensi peningkatan permintaan produk-produk itu seiring perubahan perilaku dan pilihan konsumen, yang didorong oleh tumbuhnya segmen berpendapatan menengah serta meningkatnya pendapatan per kapita,” kata Anthoni Salim, Presiden Direktur Indofood CBP.

Segmen konsumen berpendapatan menengah saat ini telah mencapai 50% dari total penduduk Indonesia.

PT Garudafood Putra Putri Jaya, pesaing Indofood CBP, juga membentuk joint venture dengan perusahaan Jepang, Suntory Beverage & Food Limited, untuk memasuki industri minuman teh siap saji. Garudafood Putra Putri Jaya dan Suntory Beverage & Food Limited membentuk perusahaan patungan bernama PT Suntory Garuda Beverage.

Suntory Garuda Beverage menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 5 kali lipat dalam 10 tahun sejak awal terbentuk, menurut direksi perseroan. Proyeksi itu seiring pertumbuhan pasar minuman ringan yang menjadi fokus bisnis Suntory Garuda.

“Pertumbuhan pasar minuman ringan di Indonesia tak lepas dari pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat, khususnya di segmen masyarakat kelas menegah,” kata Hartono Atmadja, Presiden Direktur Suntory Garuda.(*)