Latest News
You are here: Home | Umum | Ekspor Sepatu Ditargetkan Naik 5% Jadi US$ 4,2 Miliar
Ekspor Sepatu Ditargetkan Naik 5% Jadi US$ 4,2 Miliar

Ekspor Sepatu Ditargetkan Naik 5% Jadi US$ 4,2 Miliar

Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Industri sepatu nasional menargetkan, ekspor tahun ini mencapai USD4,2 miliar. Jumlah ini meningkat USD200 juta dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar USD 4 miliar.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan bahwa target ekspor tersebut terbilang kecil, di antaranya disebabkan kenaikan upah dan kenaikan biaya energi.

“Paling naik sedikit sekitar USD200 juta. Karena ada demo dan lain-lain. Akhirnya tunggu saja pemerintahan baru. Ekonomi ini kan soal kepastian karena tanam investasi,” ujarnya di sela Pameran Alumni dan Mitra Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, ekspor produk sepatu dalam negeri banyak disumbang oleh merek-merek sepatu asing yang telah diproduksi di Indonesia seperti Nike dan Adidas. “Kalau Nike dan Adidas itu kan ekspornya itu 70% dari total produksi. Dan 70% dari ekspor (sepatu nasional) adalah sepatu sport. Sekitar 35% ekspor ke Eropa, 25% ke Amerika Serikat, lalu ada juga ke Jepang dan Australia,” lanjutnya.

Sementara tahun 2015 saat, mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dia pesimistis akan terjadi pertumbuhan ekspor yang besar. “Tumbuh nggak banyak. Yang harus diperhatikan adalah nanti ada free flow of goods dan labour. Untung di kita sudah ada lembaga sertifikasi alas kaki, misalnya yang kerja disini harus bisa bahasa Indonesia. Selain itu juga keahlian,” katanya.

Omzet industri sepatu secara keseluruhan pada semester 1/2014, menurut Binsar, belum ada banyak perbaikan jika dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar USD2 miliar. Meski demikian, diayakin denganjumlah penduduk yang besar dan kondisi ekonomi yang membaik bisa memacu pertumbuhan penjualan sepatu di dalam negeri.

“Demand kita kan dari250 juta (penduduk) itu tinggal kali dua. Jadi, sekitar 500 juta pasang. Ini bisa dilihat juga dari skala pendapatan nasional. Masalahnya di Indonesia, antara pendapatan tinggi dan rendah jaraknya jauh sekali,” katanya.

Hingga saat ini kapasitas terpasang industri alas kaki nasional sekitar 70-80%. Oleh karena itu, Binsar berharap pemerintah mendatang bisa lebih menjaga kondisi ekonomi termasuk soal upahburuh sehingga pengusaha dapat menambah kapasitas terpasang industrinya.

“Idealnya kan 90%, karena ada ribut soal upah. Ini belum terselesaikan karena politisasinya cukup tinggi. Peminat investasi juga banyak, tapi tunggu bagaimana pemerintahan kita. Kalau respons terhadap hasil pilpres baik, ya semua lancar,” katanya.

Perkembangan industri alas kaki nasional dapat dilihat dari nilai ekspor sepatu yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan, pada 2013 nilai ekspor sepatu mencapai USD3.86 miliar dibandingkan 2012 sebesar USD 3,6 miliar. Selain nilai ekspor yang cukup besar, surplus ekspor industri alas kaki selama 5 tahun terakhir rata-rata mencapai USD2 miliar. Dengan nilai ekspor tersebut, Indonesia mampu memenuhi sekitar 3% kebutuhan dunia akan produk alas kaki.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan, pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 menjadi sebuah realita yang harus dihadapi oleh sektor industri alas kaki nasional, di tengah perbandingan kebutuhan pasar dan tenaga kerja industri yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, diharapkan para pemangku kepentingan industri alas kaki nasional dapat menyiapkan tenaga kerja terlatih dan profesional sehingga tantangan tersebut dapat menjadi peluang dalam industri alas kaki nasional.(*)