Latest News
You are here: Home | Tekstil | Ekspor Pakaian Jadi Diuntungkan Bahan Baku Impor, tapi Justru Disusul Vietnam
Ekspor Pakaian Jadi Diuntungkan Bahan Baku Impor, tapi Justru Disusul Vietnam

Ekspor Pakaian Jadi Diuntungkan Bahan Baku Impor, tapi Justru Disusul Vietnam

Duniaindustri.com (November 2019) – Ekonom senior Indef Faisal Basri menilai terjadi anomali saat ekspor pakaian jadi tumbuh tinggi dengan dukungan bahan baku impor. Namun, di sisi lain industri tekstil hulu yang menjadi bahan baku pakaian jadi justru terpuruk.

Meski ditopang bahan baku impor, ekspor pakaian jadi Indonesia masih kalah pesat dibanding Vietnam dan Bangladesh. “Sekalipun ekspor pakaian jadi tumbuh lumayan tinggi relatif terhadap produk TPT lainnya, dibandingkan dengan negara tetangga kita mengalami perlambatan pertumbuhan, sudah disusul oleh Vietnam dan Bangladesh. Jika kita mencermati lebih mendalam, ternyata yang tumbuh pesat adalah industri pakaian jadi. Sedangkan industri tekstil mengalami tekanan, terutama karena derasnya produk impor,” ujar Faisal Basri dalam satu diskusi di Jakarta, Selasa (12/11).

Menurut dia, industri pakaian jadi yang tumbuh tinggi makin banyak menggunakan bahan baku impor. Sebab, pemerintah membuka lebar-lebar keran impor dan berdirinya PLB (pusat logistik berikat). Transaksi perdagangan kode HS 62 (Articles of apparel and clothing accessories, not knitted or crocheted) menduduki posisi ke-5 terbesar surplus perdagangan (ekspor minus impor). Sedangkan kode HS 61 (Articles of apparel and clothing accessories, knitted or crocheted) di posisi ke-8.

Di sisi lain, lanjut Faisal, perlu disadari bahwa perubahan perilaku konsumen terutama generasi millenial mulai terjadi secara drastis. “Generasi millenial tak terlalu mementingkan baju dan sepatu baru. Mereka lebih mengutamakan beli pulsa, bepergian (wisata), makan di restoran,” paparnya.

Karena itu, kata dia, pertumbuhan konsumsi pakaian, alas kaki, dan perawatannya memang cenderung menurun dan lebih rendah ketimbang pengeluaran konsumsi total.

Sebelumnya, pemerintah memberlakukan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard untuk tiga kategori tekstil. Berdasarkan salinan peraturan menteri keuangan (PMK) yang diterima Duniaindustri.com, masing-masing dari ketiga kategori produk tekstil itu diatur dalam regulasi yang berbeda. PMK Nomor 161 Tahun 2019 yang mengatur tentang BMTPS terhadap impor produk benang, selain benang jahit dari serat staple sintetik dan artifisial. Aturan tersebut mengatur enam pos tarif produk kain dikenai BMTPS (safeguard) sebesar Rp 1.405 per kilogram. Artinya, setiap impor benang yang sesuai aturan itu, harganya akan dibebani bea tambahan sebesar Rp 1.405 per kilogram.

Kemudian, PMK Nomor 162 Tahun 2019 mengatur pengenaan BMPTS terhadap impor kain. Aturan tersebut menjelaskan 107 pos tarif produk kain dibebani bea tambahan berkisar Rp 1.318 per meter hingga Rp 9.521 per meter.

Terakhir, PMK Nomor 163 Tahun 2019 yang mengatur pengenaan BMPTS terhadap impor produk tirai, kerai dalam, kelambu tempat tidur, dan perabot lainnya. Aturan tersebut mendetailkan delapan pos tarif produk kain yang dibebani bea tambahan sebesar Rp 41.083 per kilogram.

Kementerian Keuangan menerbitkan tiga PMK itu secara serentak yang diteken oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 5 November 2019. Kemudian, PMK tersebut diundangkan per 6 November 2019 oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Peraturan menteri tersebut berlaku selama 200 hari terhitung sejak berlakunya peraturan menteri ini. Aturan baru itu mulai berlaku pada 9 November 2019. “Sesuai dengan hasil penyelidikan awal Komite Pengamanan dan Perdagangan Indonesia (KPPI) terdapat kerugian serius yang dialami industri dalam negeri akibat lonjakan impor,” kutip Sri Mulyani dalam PMK yang baru itu. Adapun lonjakan impor tersebut di antaranya produk benang –selain benang jahit, dari serat staple sintetik dan artifisial; kain; dan produk tirai, kerai dalam, kelambu tempat tidur, dan perabot lainnya.

KPPI telah menyelidiki lonjakan impor ini sejak 18 September lalu setelah diajukan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik selama tiga tahun terakhir (2016-2018), volume impor kain terus meningkat dengan tren sebesar 31,80 persen. Pada 2016, impor kain tercatat sebesar 238.219 ton, kemudian pada 2017 naik menjadi 291.915 ton, dan terus naik menjadi 413.813 ton pada 2018.(*/tim redaksi 05/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 174 database, klik di sini

** Butuh competitor intelligence, klik di sini

*** Butuh copywriter specialist, klik di sini

**** Butuh content provider (branding online), klik di sini

***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 174 database, klik di sini
  • Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik
Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Pemasok alkes berkualitas dan termurah: