Latest News
You are here: Home | World | Butuh Investasi US$ 1,33 Triliun, RI Tawarkan 11 Proyek Infrastruktur ke China
Butuh Investasi US$ 1,33 Triliun, RI Tawarkan 11 Proyek Infrastruktur ke China

Butuh Investasi US$ 1,33 Triliun, RI Tawarkan 11 Proyek Infrastruktur ke China

Duniaindustri.com (Maret 2014) — Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menawarkan sebelas proyek infrastruktur ke beberapa negara termasuk China. Wakil Direktur Perencaan Investasi BKPM, Tambak P Hutapea, saat bertemu dengan sekitar 100 pengusaha China di Beijing, mengatakan, “Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 7% per tahun pada 2014, Indonesia membutuhkan investasi hingga US$ 1,33 triliun.”

Investasi tersebut antara lain diperlukan untuk pembangunan infrastruktur yang mencapai US$ 204,6 miliar. “Dari kebutuhan biaya itu Pemerintah hanya dapat mengalokasikan dana sebesar US$ 59,5 miliar,” ungkapnya.

Tambak menegaskan, “infrastruktur sangat mendasar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, bisnis yang kompetitif. Kami membutuhkan infrastruktur yang berkualitas guna mendukung mobilitas barang dan jasa, penciptaan lapangan pekerjaan serta pemerataan kesejahteraan,”.

Namun, kemampuan Pemerintah Indonesia untuk membangun seluruh infrastruktur yang dibutuhkan terbatas. “Karena itu, kami menggandeng swasta, dan investor dari luar, termasuk mengundang dari China,” katanya.

Tambak mengungkapkan sejumlah proyek infrastruktur yang tengah disiapkan untuk digarap adalah jalan tol, jalur rel kereta api, pelabuhan, bandara, sistem pasokan air bersih, pengelolaan sampah, listrik, pengembangan energi terbarukan.

“Dari sekian banyak proyek itu, ada sebelas yang akan ditawarkan antara lain Jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat), jalur kereta api Bandara Soekarno Hatta-Jakarta, jalan tol Bitung-Manado (Sulawesi Utara), tol Balikpapan-Samarinda, dan pengelolaan sampah Solo, Jawa Tengah,” katanya.

Tambak menambahkan sejumlah proyek yang ditawarkan tersebut sudah melalui studi kelayakan untuk ditawarkan kepada investor, termasuk segala kendala yang mungkin dihadapi. “Dan semua proyek itu nanti akan dijalankan dalam skema kemitraan pemerintah-swasta atau KPS,” tandasnya.

Tahun ini pemerintah akan menyiapkan anggaran sebesar Rp 380 triliun untuk membangun 25 proyek infrastruktur. Pemerintah akan mendorong pihak swasta untuk bisa ikut berinvestasi di proyek skala besar yang menjadi prioritas pemerintah.

“Kami akan memperbaiki dan mempersiapkan proyek-proyek dalam skala besar. Sekitar 20-25 proyek segera diluncurkan dengan perkiraan investasi Rp 380 triliun,” ujar Menteri Perekonomian Hatta Rajasa.

Hatta menjelaskan, proyek-proyek infrastruktur ini akan dikelola bersama-sama bukan hanya pemerintah namun BUMN dan swasta. Saat ini, pihak swasta baru berkontribusi sebesar 5%. “Proyek besar ini akan kami kaitkan dalam public private partnership (PPP) agar lebih transparan dan akuntabel dan punya internasional based practices,” kata dia.

Sejak dikeluarkan proyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011, sudah ada sedikitnya Rp 737,9 triliun investasi yang sudah groundbreaking yang meliputi sektor riil dan infrastruktur, khusus untuk pembangunan infrastruktur investasinya sudah mencapai Rp 355 triliun. “Itu dananya dari BUMN 30%, pemerintah 36%, 28% campuran BUMN dan swasta atau BUMN dan foreign investment, dan 5% swasta. Swasta masih kecil perlu didorong,” ujarnya.

Duniaindustri.com menilai percepatan pembangunan infrastruktur perlu dilakukan untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional di 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2013 hanya mencapai 5,62% (year on year), melambat dibanding kuartal II-2013 yang mampu mencapai 5,8%. Perlambatan itu dipengaruhi kurs rupiah yang berada di atas Rp 11.000/US$, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 7,25%, dan inflasi yang melonjak di atas 4% pada bulan Agustus 2013.

Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers menyatakan, “Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2013 sebesar 5,62% year on year atau secara kumulatif mencapai 5,83%.”

Menurut dia, perlambatan itu disebabkan tiga faktor utama. Pertama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada di atas Rp 11.000/US$ berdampak pada perdagangan luar negeri. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (6/11) belum bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp11.340 per dolar AS.

Kedua, kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi 7,25%. Ini dikarenakan keinginan bank sentral untuk ikut memperbaiki defisit transaksi berjalan.

Ketiga, inflasi yang melonjak di atas 4% pada bulan Agustus 2013. Penyebabnya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pengaruh dari Idul Fitri yang membuat harga barang ikut naik.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia terjadi meski realisasi investasi meningkat. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) triwulan III tahun 2013 tercatat dalam data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencapai Rp100,5 triliun. Angka ini merupakan pertama kalinya realisasi investasi di negeri ini melebihi angka Rp100 triliun.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar menilai angka tersebut menunjukan bahwa investasi merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Angka ini saya lihat sebagai stabilizing iklim investasi di Indonesia. Dalam arti, kita sudah mencapai angka investasi yang tinggi dimana investasi adalah sumber pertumbuhan,” tutur Mahendra dalam konfrensi pers.

Mahendra memaparkan, dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2012 yang berada pada angka Rp82,8 Triliun, realisasi proyek investasi triwulan III 2013 mengalami peningkatan sebesar 22,9 persen.

Dari data paparan Mahendra, tercatat realisasi penanaman modal dalam Negeri (PMDN) triwulan III tahun 2013 mencapai angka Rp33,5 Triliun atau naik 32,9 persen dari angka realisasi periode yang sama di tahun 2012. Sedangkan untuk penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp67 Triliun.(*/berbagai sumber)