Latest News
You are here: Home | World | Belanja Pemilu 2014 Diperkirakan Rp 44 Triliun, Perekonomian Indonesia Terdongkrak
Belanja Pemilu 2014 Diperkirakan Rp 44 Triliun, Perekonomian Indonesia Terdongkrak

Belanja Pemilu 2014 Diperkirakan Rp 44 Triliun, Perekonomian Indonesia Terdongkrak

Duniaindustri.com (Januari 2014) — Belanja politik Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilu Presiden (Pilpres) tahun ini diproyeksikan mampu berkontribusi 0,3%-0,6% terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%-5,3%, menurut pemerintah. Sementara menurut Bank Indonesia, belanja pemilu pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 44 triliun.

Staf khusus bidang ekonomi Presiden RI Firmanzah menuturkan tahun politik 2914 diprediksi mampu menggairahkan sektor riil, mulai dari keperluan kampanye, perhotelan, hingga transportasi. “Tahun ini akan banyak perjalanan elit-elit politik dalam rangka kampanye sehingga menggairahkan industri penerbangan ke sejumlah daerah,” kata Firmanzah.

Dia mengkritisi sebagian pihak yang berpandangan negatif terhadap pelaksanaan Pemilu yang dikhawatirkan berakibat buruk terhadap ekonomi Indonesia.

Padahal, dia menegaskan tahun politik yang terjadi pada 1999, 2004, dan 2009 terbukti telah memberikan efek positif terhadap perekonomian Tanah Air. Pada 1999, indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat 70%, produk domestik bruto (PDB) tumbuh 0,79%, dan konsumsi tumbuh 7% selama Pemilu.

Begitu pula pada 2004, IHSG naik 46%, PDB tumbuh 5,13%, dan cadangan devisa US$36 miliar. Sementara itu, IHSG melesat 87% pada 2009, PDB naik 4,6%, dan cadangan devisa US$66,1 miliar.

Dampak ekonomi dalam bentuk belanja untuk Pemilu sepanjang 2013 sampai 2014 diperkirakan mencapai Rp 44,1 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan pengeluaran pada Pemilu 2009 sebesar Rp 43,1 triliun.

Dampak ekonomi dalam bentuk belanja untuk Pemilu itu akan mulai terasa pada triwulan III tahun 2013, memuncak pada triwulan I tahun 2014 dan menurun pada triwulan II 2014.

“Ini adalah perkiraan kita setelah mendapatkan data lengkap tentang jumlah partai peserta Pemilu, jumlah calon legislatif dan membandingkannya dengan pola belanja pada Pemilu 2008 dan 2009,” kata Deputi Gubernur BI (terpilih), Perry Warjiyo.

“Berdasarkan perhitungan itu pula, BI memperkirakan tambahan pertumbuhan ekonomi dari aktivitas Pemilu akan mencapai 0,13% pada 2013, dan 0,19% seperti dilansir laman setkab.

Tambahan pertumbuhan ekonomi ini sudah diperhitungkan pada Rapat Dewan Gubernur BI, yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2013 pada kisaran 6,2%-6,6%. Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2014 pada kisaran 6,6-7,0%.

Menurut Perry, dampak ekonomi aktivitas Pemilu terutama akan tampak pada peningkatan konsumsi sektor swasta. “Aktivitas Pemilu kan banyak, membuat baliho dan sebagainya. Kami juga mendengar biaya seorang Caleg itu variasinya bisa sangat lebar. Semakin tidak terkenal, semakin besar belanjanya,” kata dia.

Perry memperkirakan pengeluaran untuk kampanye per calon legislatif (Caleg) berkisar Rp 500 juta hingga Rp 1,8 miliar selama empat kuartal. Biasanya, kampanye dimulai pada triwulan ketiga 2013 dan puncaknya triwulan pertama 2014 dan berakhir sekitar triwulan kedua 2014.

Biaya kampanye, biasanya lebih rendah untuk orang-orang terkenal, misalnya calon legislatif dari kalangan selebritis. “Semakin baru sosok caleg, semakin tinggi biaya kampanye,” ungkap Perry.

Sebagaimana diketahui Pemilu 2014 akan diikuti 15 partai, terdiri dari 12 partai nasional dan tiga partai lokal. BI sudah memperhitungkan jumlah calon yang akan melakukan kampanye. BI memperkirakan total belanja pemilu sepanjang 2014 ini bisa mencapai Rp 44,1 triliun.(*/berbagai sumber)