Latest News
You are here: Home | Farmasi | Bangun Pabrik Infus dan Kosmetik, Indofarma Siapkan Capex Rp 165 Miliar
Bangun Pabrik Infus dan Kosmetik, Indofarma Siapkan Capex Rp 165 Miliar

Bangun Pabrik Infus dan Kosmetik, Indofarma Siapkan Capex Rp 165 Miliar

Duniaindustri.com (Desember 2017) – PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) mengalokasikan dana Rp 165 miliar untuk belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2018. Belanja modal tersebut untuk membiayai pembangunan dua pabrik yakni pabrik infus dan pabrik kosmetik.

“Capex kita tahun depan untuk pembelian mesin, renovasi, dan pembangunan dua pabrik,” ucap Direktur Utama Indofarma Rusdi Rosman di Jakarta, Selasa (19/12).

Menurut dia, perseroan akan membangun pabrik infus bersama Sungwun Pharmacopia Co.Ltd dan PT Baruna Energi Lestari pasca melakukan penandatangan joint venture. Nilai investasi untuk membangun pabrik mencapai sebesar Rp250 miliar. Namun, perseroan hanya mengenggam saham sebesar 20% di perusahaan joint venture tersebut. Sementara 60% saham JV dimiliki Baruna dan sisanya 20% dikuasai Sungwun.

Selain itu, tahun depan perseroan juga akan membangun pabrik kosmetik bekerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, yakni Skin and Skin. Khusus untuk pabrik kosmetik, Indofarma akan mengambil saham mayoritas dalam perusahaan joint venture.

“(Pabrik) yang kosmetik dengan Skin and Skin Korea itu Indofarma sebagai majority, kita 70%, korea 30%. Ini marginnya besar sekali, jadi kami berani jadi majority,” katanya.

Pembangunan pabrik kosmetik oleh Indofarma merupakan langkah awal diversifikasi perusahaan yang sebelumnya hanya bermain di sektor farmasi dan alat kesehatan. Di sektor industri farmasi, Indofarma akan bertarung dengan market leader lainnya seperti Loreal, Unilever, Mandom, Martina Berto, Mustika Ratu, Revlon, Wardah, Kino, Casablanca, Vitalis, Victoria, dan perusahaan lainnya.

Menurut Rusdi, dana capex akan berasal dari dana kas internal dan juga dikombinasikan dengan pinjaman perbankan. “Ini (capex) dari equity dan juga loan bank, terutama bank asing yang masih percaya beri kredit yang bagus. Dari equity itu 30%, sisanya perbankan,” pungkasnya.

Dia menambahkan pembangunan pabrik infus akan dimulai pada 2018. Operasional baru akan bisa dimulai pada April 2019 mendatang. Pabrik baru tersebut dirancang memproduksi 40 juta botol infus per tahun.

Perseroan akan memprioritaskan penjualan infus ke Indonesia Timur. Ini untuk mendekatkan pasar dengan pabrik dan sumber dayanya. Namun, perusahaan juga akan menggarap pasar ekspor. “Terutama daerah yang banyak perang, permintaan botol infus akan tinggi,” imbuh Rusdi.

Rusdi menyebutkan sudah ada enam negara yang bakal jadi sasaran pasar Indofarma. Dua di antaranya adalah Afghanistan dan Turmekistan. Indofarma akan memanfaatkan agen penjual lamanya untuk mendistribusikan produknya tersebut.

Indofarma juga memiliki peluang untuk ekspor ke Amerika Serikat (AS). Hal ini karena Sungwun memiliki teknologi produksi infus yang memiliki standar AS.

Dia menuturkan bahwa perseroan tertarik karena margin infus cukup tinggi. Produksi 40 juta botol infus per tahun itu setara dengan nilai penjualan Rp300 miliar. Dari penjualan tersebut, laba yang didapat bisa mencapai Rp70 miliar hingga 100 miliar. “Ini target penjualan pertama setelah pabrik beroperasi,” ucapnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)

Riset Peta Persaingan Industri Semen

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube