Latest News
You are here: Home | Agroindustri | Austindo Kantongi Pinjaman Rp 1,34 Triliun dari Bank OCBC
Austindo Kantongi Pinjaman Rp 1,34 Triliun dari Bank OCBC

Austindo Kantongi Pinjaman Rp 1,34 Triliun dari Bank OCBC

Duniaindustri.com (September 2015) – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan sagu, memperoleh sejumlah fasilitas pinjaman dari PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Perseroan dan anak usaha akan menggunakan dana pinjaman tersebut untuk refinancing, pembiayaan kebutuhan belanja modal, dan modal kerja.

Naga Waskita, Sekretaris Perusahaan Austindo Nusantara Jaya, menjelaskan perseroan bersama dengan enam anak usaha telah menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bank OCBC NISP pada 24 Agustus 2015. Keenam anak usaha itu adalah PT Austindo Nusantara Jaya Agri, PT Austindo Nusantara Jaya Agri Siais, PT Sahabat Mewah dan Makmur, PT Putera Manunggal Perkasa, PT Permata Putera Mandiri, dan PT ANJ Agro Papua.
“Jenis fasilitas pinjaman OCBC terdiri atas fasilitas kredit rekening koran sebesar US$ 5 juta,” ujarnya dalam keterbukaan informasi.

Selain itu, fasilitas demand loan dengan batas jumlah sebesar US$ 3 juta dan Rp 91 miliar. Fasilitas fixed loan dengan jumlah batas US$ 8 juta. Fasilitas term loan dengan jumlah batas Rp 1,34 triliun dan US$ 23,5 juta. Serta, fasilitas transaksi valuta asing dengan jumlah US$ 10 juta.

Menurut dia, fasilitas pinjaman OCBC akan digunakan perseroan dan anak usaha untuk pembiayaan biaya operasional, pembiayaan kebutuhan modal kerja, pembiayaan kembali (refinancing) fasilitas pinjaman dari OCBC yang telah ada sebelumnya, pembiayaan kebutuhan modal kerja (capital expenditure), serta memenuhi kebutuhan lindung nilai.

Sebelumnya, Austindo memang sedang mencari pinjaman untuk mencukupi kebutuhan belanja modal tahun ini sekitar US$ 100 juta. Direksi perseroan menuturkan belanja modal tersebut akan digunakan untuk beberapa ekspansi perseroan tahun ini.

Lucas Kurniawan, Independent Director Austindo, mengatakan tahun ini perseroan membutuhkan belanja modal maksimal US$ 100 juta. Dana tersebut akan dipenuhi dari kas internal perseroan serta pinjaman eksternal dari perbankan. Meski demikian, saat ini perseroan belum memutuskan seberapa besar dana eksternal yang dibutuhkan untuk mencukupi belanja modal.

“Tahun ini belanja modal kami anggarkan sekitar US$ 80 juta – US$ 100 juta dari internal dan eksternal. Saat ini porsinya belum dapat diputuskan dan masih dalam kajian, namun kami akan memaksimalkan dana dari internal,” ujarnya.

Hingga saat ini perseroan masih melakukan penjajakan kepada pihak perbankan. Bank yang dijajaki akan diprioritaskan dari dalam negeri.
Terkait ekspansi beberapa lini usaha yang dijalankan, Istini T Siddharta, Wakil Direktur Utama Austindo, mengatakan salah satunya untuk penambahan areal tanaman sawit baru seluas 6.000 hektare serta penambahan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Selain itu, perseroan menganggarkan belanja modal untuk keperluan operasional perkebunan sagu di Papua serta pembangunan pabrik pengolahannya. Saat ini perseroan mengakui pabrik pengolahan sagu di Papua masih belum menguntungkan atau mencapai skala keekonomian.
Sementara untuk lini bisnis pembangkit listrik berbasis biogas di Belitung, perseroan juga berencana untuk melakukan penambahan kapasitasnya sebesar 0,6 megawatt. Sebelumnya Austindo melalui PT Austindo Aufwind New Energy (AANE) telah memiliki pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 1,2 megawatt dengan kontrak kerjasama PPA (power purchase agreement) dengan PT PLN (Persero) mencapai 15 tahun hingga 2028.

Untuk ekspansi ini, perseroan telah menandatangani memo kesepakatan dengan PLN Bangka Belitung pada 8 Oktober 2014 untuk penjualan tambahan listrik melalui ekspansi kapasitas sebesar 0,6 megawatt dengan harga Rp 1.575/Kwh. Dengan rampungnya proyek tersebut, total kapasitas pembangkit listrik perseroan naik menjadi 1,8 megawatt.(*/berbagai sumber)

datapedia