Latest News
You are here: Home | Umum | Asing Borong Saham Rp 5,9 Triliun, IHSG Meroket 10,2% dalam Sehari
Asing Borong Saham Rp 5,9 Triliun, IHSG Meroket 10,2% dalam Sehari

Asing Borong Saham Rp 5,9 Triliun, IHSG Meroket 10,2% dalam Sehari

Duniaindustri.com (Maret 2020) — Setelah melalui pelemahan beruntun saat virus corona mewabah, pasar finansial RI mulai bangkit. Rupiah dan bursa saham kembali menguat seiring upaya agresif dari pemerintah yang bekerja ekstra keras untuk mencegah penyebaran massif wabah virus corona (covid-19) dan dampak turunannya.

Berdasarkan pemantauan, bursa saham RI yang tercermin dari laju indeks harga saham gabungan (IHSG) melonjak signifikan. Hingga penutupan perdagangan Kamis (26/3), IHSG lompat 401 poin atau +10,2% ke level 4.338 poin. Kenaikan itu ditopang aksi borong investor asing (foreign buy) sebesar Rp 5,93 triliun, meski aksi beli bersih asing hanya Rp 662 miliar karena aksi jual (foreign sell) juga lumayan besar Rp 5,27 triliun. Total nilai perdagangan bursa saham RI mencapai Rp 12,75 triliun atau sebanyak 115,2 juta lot dengan 888.196 frekuensi perdagangan.

Rupiah juga ikut terangkat ke level Rp 16.328/US$, lebih rendah dibanding posisi Selasa di level Rp 16.486/US$, menurut kurs tengah Bank Indonesia. Sebelumnya, Bank Indonesia menjelaskan perkembangan terakhir dari sejumlah langkah yang dilakukan sejumlah regulator dan pemerintah menghadapi virus corona. BI juga mengakui aliran modal asing yang hengkang dari Indonesia mencapai Rp125,5 triliun, sebelum akhirnya investasi asing masuk kembali ke Indonesia pada Kamis (26/3).

“Sejak awal tahun atau year-to-date, BI mencatat aliran modal asing yang keluar dari Indonesia (capital outflow) mencapai Rp125,5 triliun,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers via YouTube, di Jakarta, Selasa (24/3).

Aliran modal asing yang hengkang dari Indonesia, kata dia bermacam-macam. Ada yang berinvestasi di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Negara (SBN) dan pasar saham. Mayoritas dana asing yang keluar kebanyakan yang ditempatkan di SBN, yakni senilai Rp112 triliun, dan dari pasar saham domestik senilai Rp9,2 triliun.

Perry mengakui kemunculan wabah virus corona yang mulai marak di Indonesia sejak Maret 2020 menjadi penyebab utama. “Karena mayoritas hengkangnya dana asing itu meningkat sejak Maret ini,” ujar Perry.

Dia menegaskan BI akan terus menjalin koordinasi dengan berbagai regulator terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia. Tentu dengan pemerintah melalui forum Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Salah satu bentuk kesepakatan bersama adalah membatasi jam operasional kantor industri jasa keuangan, terutama perbankan.

Walau mengurangi layanan jam operasional, Perry memastikan sistem transaksi keuangan dan sistem pembayaran tetap berlangsung normal. Dengan demikian, kata dia, kegiatan ekonomi, bisnis, dan jasa keuangan tetap berputar sembari tetap mendukung semua langkah pemerintah memitigasi kasus virus korona.

“Kami pastikan koordinasi dengan pemerintah dan semua regulator terus berjalan dengan maksimal. Selain mengatasi meluasnya wabah virus korona demi aspek kemanusiaan, kami juga harus memastikan kegiatan perekonomian tetap berjalan dengan baik pada saat seperti ini,” tutur Perry.

Di lain kesempatan, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa kondisi pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini sangat berbeda dengan kondisi pada tahun 1997 – 1998 lalu. BI meminta masyarakat tidak menyamakan atau bahkan membandingkan kondisi ekonomi saat ini dengan krisis moneter pada tahun tersebut.

BI menegaskan saat ini krisis yang terjadi diawali oleh wabah corona yang membuat krisis kemanusiaan dan kemudian merembet ke sektor ekonomi dan lainnya. Perry mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan ini sebenarnya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 1997 – 1998 walaupun sama-sama menyentuh level Rp16.000 an per dolar Amerika Serikat (AS). Namun koreksi nilai tukar rupiah belakangan ini rata-rata hanya sekitar 12 persen. Sementara pada tahun 1997 – 1998 pelemahan nilai tukar rupiah mencapai delapan kali lipatnya.

“Ingat kalau dulu Rp16.000 itu awalnya dari Rp2.500 (per dolar AS). Ini hampir delapan kali lipat, sementara Rp16.000 an yang sekarang ini adalah dari Rp13.800 (per dolar AS). Tingkat pelemahan 12 persen tapi jauh lebih kecil dibandingkan dulu,” ujar Perry dalam keterangan pers via live streaming, Kamis (26/3).

Perry juga menyangkal pelemahan rupiah terhadap dolar AS kali ini sama dengan tahun 2008 dimana saat itu terjadi krisis global. Dia meyakini pelemahan rupiah saat ini sifatnya temporer dan hanya sementara waktu. Dia yakin apabila kasus pandemik covid-19 (virus corona) ini sudah ada kejelasan mengenai penanganan atau anti virusnya maka rupiah akan kembali menguat.

BI, kata Perry, akan mengoptimalkan segala potensi yang ada termasuk melakukan bauran kebijakan agar kondisi pasar kembali normal. Dia berharap gonjang-ganjing global akibat corona bisa segera tertangani dengan baik sehingga bisa menstabilkan kondisi pasar global khususnya di Indonesia.

“Pelemahan rupiah ini karena kepanikan global dan kami melihat jika sudah ada kejelasan masalah covid dan kejelasan masalah fiskal atau moneter maka rupiah akan kembali menguat. Saya tidak yakin sektor korporasi akan naikkan harganya karena rupiah melemah,” ulasnya.

Recovery Bond

Di sisi lain, pemerintah bakal mengeluarkan surat utang baru bernama recovery bond. Tujuan penerbitan recovery bond adalah mencegah banjir pemutusan hubungan kerja (PHK) di dunia usaha akibat wabah virus corona.

Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono, mengatakan penerbitan surat utang baru ini merupakan bentuk perhatian pemerintah bagi dunia usaha yang tengah terpukul akibat meluasnya wabah virus corona. “Sehingga kami menerbitkan surat utang baru yang disebut Recovery Bond,” kata Susiwijono dalam konferensi pers online via Youtube, di Jakarta, Kamis (26/3).

Susiwijono mengakui meluasnya wabah virus corona di Indonesia membuat perlambatan ekonomi nasional. Kondisi ini jelas memukul industri di berbagai sektor. Akibatnya dunia usaha nasional secara umum mengalami kesulitas cash flow atau likuiditas untuk tetap menjaga keberlangsungan operasional perusahaannya. Ini jelas berpotensi memicu gelombang PHK dalam jumlah besar.

Rencananya, Recovery Bond ini akan diterbitkan untuk bisa dibeli oleh Bank Indonesia atau kalangan swasta yang mampu, seperti para eksportir. Dana yang diperoleh pemerintah dalam penerbitan surat utang ini akan dialokasikan menjadi program kredit khusus bagi dunia usaha dengan tingkat bunga yang khusus.

Syaratnya, perusahaan yang mengajukan kredit khusus ini tidak boleh melakukan PHK dalam jumlah besat. Kalaupun terpaksa melakukan PHK, perusahaan tersebut harus tetap mempertahankan 90 persen karyawannya dengan gaji yang tidak boleh turun.

“Sehingga perusahaan tersebut bisa kembali memperoleh likuiditas untuk bisa kembali membangkitkan bisnis perusahaannya,” jelas Susiwijono.

Susiwijono mengakui masih ada kendala karena berdasarkan aturan perundang – undangan yang ada saat ini, BI hanya boleh membeli surat utang dari pasar sekunder (secondary market). Oleh sebab itulah Kementerian Keuangan saat ini sedang menggarap dan mengkaji peraturan pemerintah pengganti undang – undang (Perppu) untuk menyelesaikan persoalan ini. “Targetnya besok Jumat Kemenkeu sudah menyelesaikan draft Perppu tersebut,” tutup Susiwijono.(*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”